PBNU Gonjang-ganjing, Dekatkanlah Yang Jauh

PBNU Gonjang-ganjing, Dekatkanlah Yang Jauh

ILUSTRASI PBNU Gonjang-ganjing, Dekatkanlah Yang Jauh.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Nasib Lebah di PBNU

Dalam kehidupan sosial, baik secara personal maupun institusional, dimungkinkan terjadi miskomunikasi, bahkan ketegangan yang dapat berdampak pada renggangnya hubungan sosial di antara sesama. 

Oleh karena itu, di sinilah pentingnya upaya ”mendekatkan yang jauh”, sebagaimana salah satu misi agama untuk mewujudkan keharmonisan. Bukan sebaliknya, ”menjauhkan yang dekat”.

Meski demikian, tidak dapat dimungkiri sisi lain dalam kehidupan sosial, ada sebagian pihak yang berupaya untuk ”menjauhkan yang dekat”. 

Apalagi, seiring dengan masifnya media sosial, warganet dengan leluasa melakukan penggiringan opini, bahkan kadang berkomentar yang justru memperkeruh suasana. 

Akibatnya, tanpa disadari, yang semula dekat menjadi jauh, yang semula akrab dan bersahabat menjadi sebaliknya, bersitegang, bahkan berkonflik. 

Di tengah keadaan demikian, kalau tidak ada tabayun (konfirmasi), dapat menjadi embrio ketidakharmonisan di antara sesama.

Di antara poblem yang sering dihadapi oleh manusia di zaman modern saat ini adalah miskomunikasi yang ditandai dengan kesalahpahaman dan ketidakharmonisan. 

Media sosial yang berkembang cepat dalam berbagai platform tampaknya belum mampu menjadi sarana yang efektif untuk dijadikan media tabayun ketika terjadi miskomunikasi. 

Justru yang terjadi, media sosial kadang memperkeruh suasana karena warganet (netizen) leluasa memberikan komentar apa pun yang beredar di media sosial, bahkan seakan-akan menjadi sumber berita meski belum terkonfirmasi.

URGENSI TABAYUN

Dalam konteks hubungan sosial, miskomunikasi dapat berdampak secara nyata, yang awalnya dekat menjadi jauh, awalnya simpati menjadi antipati. 

Menghadapi hal demikian, agama mengajarkan tentang pentingnya tabayun agar pokok persoalan menjadi jelas dan tidak menjadi prasangka berkelanjutan. 

Dalam konteks isu yang melanda PBNU, tabayun menjadi kunci penting untuk dilakukan agar ditemukan solusinya dan dapat berdampak secara positif. Yang awalnya jauh menjadi dekat, awalnya antipati menjadi simpati, dan dapat mempersatukan masyarakat. 

Itu sebagaimana pandangan tokoh sosiolog Emile Durkheim yang menganggap agama sebagai sistem kepercayaan dapat berfungsi mempersatukan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: