Rabu Gaul, Saat Jalan Surabaya Berubah Sirkuit

Rabu Gaul, Saat Jalan Surabaya Berubah Sirkuit

RAZIA balap liar yang dilakukan Sat Samapta Polrestabes Surabaya.-Dok. Sat Samapta Polrestabes Surabaya-

Menurutnya, balap liar hanyalah ekspresi dan ruang menyalurkan hobi bagi pencinta mesin yang tidak punya tempat resmi. “Kalau pemerintah bikin yang proper, pasti banyak yang pindah kesana dan gak lagi di jalan umum,” yakinnya.

BACA JUGA:Medsos Jadi Strategi Aiptu Eko Tertibkan Balap Liar

BACA JUGA:Balap Liar BMW Vs Fortuner Memakan Korban

 

Polisi memahami dua sisi yang bertolak belakang ini, namun penindakan tetap perlu dilakukan. Tentu agar melindungi semuanya. Terutama pengguna jalan yang ingin melintas. Kasat Samapta Polrestabes Surabaya, AKBP Erika Purwana Putra, menyebut tren balap liar masih tinggi sepanjang tahun 2025. Hingga saat ini, Sat Samapta membubarkan sekurangnya 57 aksi balap liar dan menyita 697 motor.

 

Pengawasan sudah dilakukan hampir tiap malam. Tetapi lokasi balap liar yang selalu berpindah membuat pengejaran sering jadi tantangan. Informasi lintasan menyebar cepat lewat media sosial. Sehingga polisi sering datang hanya menemukan jalur sudah bergeser. Persis seperti teori balon.

 

Meski begitu, patroli tidak berhenti. Beberapa polisi ditugaskan untuk berjaga di tempat yang terindikasi sebagai arena balap liar. Bahkan hingga menutup akses jalan sementara untuk mengurangi adanya kegiatan Rabu Gaul ini.

 

Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan Andini, “Tapi sekarang sudah mulai jarang terdengar balap liar, banyak penjagaan ketat dari pihak kepolisian.”

BACA JUGA:Polres Lumajang Amankan Puluhan Remaja Dalam Aksi Balap Liar

BACA JUGA:Ibu Rumah Tangga Tewas Ditabrak Pembalap Liar di Surabaya

 

Harapan polisi dan masyarakat umum jelas. Budaya balap liar harus menurun, kecelakaan harus berkurang, dan kota harus tetap aman. Namun para pembalap justru ingin ruang balap yang lebih legal agar hobi tetap hidup dan terhindar dari kejaran pihak kepolisian. Dua keinginan itu bertemu di satu kota bernama Surabaya, dan solusinya mungkin bukan tentang siapa yang menang. Namun bagaimana kecepatan dan keselamatan tetap berdampingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: