Media Arab Soroti Penolakan Indonesia atas Bantuan UEA Cs untuk Korban Banjir Sumatra
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan pemerintah tak mengembalikan bantuan 30 ton beras dari Uni Emirat Arab (UAE) untuk warga terdampak bencana di wilayah Sumatera-disway.id/Anisha Aprilia -
Menanggapi hal itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menjelaskan bahwa beras tersebut kini telah diserahkan kepada Muhammadiyah untuk didistribusikan.
“Kemudian beras ini diserahkan atas kesepakatan, kemudian diserahkan kepada Muhammadiyah Medical Center. Dalam rangka bencana ini, Muhammadiyah membuat suatu center untuk kemanusiaan di Medan,” ujar Tito.
BACA JUGA:Walhi: Jakarta, Semarang, Surabaya Darurat Banjir Rob Lantaran Tak Ada Kebijakan Struktural
BACA JUGA:Korban Banjir Sumatra Tembus 1.059 Jiwa, Kementerian LH Siap Buka Jejak Deforestasi
“Dan itu beras ini sekarang sudah ada di tangan Muhammadiyah. Dan nanti Muhammadiyah yang akan membagikan kepada masyarakat,” tambahnya.
Anda sudah tahu, banjir ekstrem yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak awal Desember 2025 telah menewaskan sekitar 1.068 jiwa, dengan ratusan lainnya masih dalam pencarian.
Lebih dari 770.000 orang terpaksa mengungsi akibat bencana yang merusak infrastruktur secara masif.
Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai lebih dari USD3,1 miliar (sekitar Rp51,6 triliun), menghancurkan jalan, jembatan, sekolah, permukiman, serta perkebunan. Gangguan pada jaringan listrik dan komunikasi sempat memutus akses ke sejumlah wilayah selama beberapa hari.
BACA JUGA:Relawan Riau Kuatkan Mualem yang Terharu Lihat Korban Banjir Aceh
Meski pemerintah pusat menahan diri dalam menerima bantuan internasional langsung, saluran kemitraan dengan lembaga kemanusiaan nasional seperti Muhammadiyah dan Palang Merah Indonesia (PMI) menjadi jalur utama distribusi bantuan dari luar negeri, termasuk dari diaspora dan negara sahabat.
Langkah ini mencerminkan keseimbangan antara kedaulatan penanganan bencana dan keterbukaan terhadap solidaritas global, khususnya dari mitra strategis di kawasan Timur Tengah. (*)
*) Mahasiswa magang Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: