Peserta Gathering Perusuh Disway #3 pada hari kedua menuju DIC Farm di Kawasan Pacet- Mojokerto. Setelah turun dari bus yang mengangkut mereka dari Surabaya, para peserta berjalan kaki menanjak sekitar sekitar 200 meteran untuk menuju lokasi sarasehan . Ya, karena jalan menuju lokasi tidak muat untuk dilintasi bus pengangkuut peserta gathering. Di sisi kanan gerbang DIC farm dibentangkan banner selamat datang . Beberapa peserta pun menyempatkan diri berfoto. Usai berfoto di gerbang, peserta disambut rimbunnya tanaman bambu yang tumbuh di kiri kanan jalan hingga bagian atasnya melengkung, menyatu membentuk lorong hijau yang eksotik. Udara yang sejuk, suasana yang tenang dan merekahnya Bunga Matahari menjadikan Perusuh Disway semakin mendeklair bahwa tempat itu sangat cocok untuk sarasehan dan bertukar Fikiran.
Foto : Boy Slamet-Harian Disway
Para Perusuh Disway menyempatkan diri santai sejenak sebelum sarasehan. Mereka berkumpul di bawah rumah panggung khas menado untuk merelaksasi usai perjalanan dari Surabaya. Pisang rebus, Ketela dan kacang rebus disuguhkan. Perusuh pun bisa memetik tandanan pisang yang digantung di tiang tiang rumah panggung itu. Keakraban tampak terlihat sesama Perusuh Disway , Bahkan Dahlan Iskan pun iikut berbaur dengan mereka . Bercerita regan tentang luas DIC farm. Sejarah mendapatkannya , hingga tanaman apa saja yang ditanam di tempat itu.
Foto : Boy Slamet- Harian Disway
Tamu istimewa dari Gathering itu adalah Wahyu Kokang, kartunis senior asal Kaliwungu- Jawa Tengah. Kokang, begitu ia biasa dipanggil, membagikan kertas dan alat tulis kepada para peserta . Kokang meminta para peserta membuat lingkaran. Alasannya, manuasia tidak lepas dari lingkaran dalam kehidupan sehari hari. Dari cara membuat lingkatran, Kokang mengajarkan filosofi kehidupan. Bila membuat lingkaran besar, gerakannya akan melambat daripada membuat lingkaran kecil. Bahkan Kokang menyebutkan bila membuat lingkaran dengan dipaksakan, maka ujungnya akan meletot. Sejurus kemudian, Peserta diminta untuk berpasangan dan menggambarkan wajah pasangan masing masing. Dari adegan per adegan, sesekali Kokang selagi dengan humor renyah.
Foto: Boy Slamet-Harian Disway
Pada awal kegiatan sarasehan, Dahlan Iskan membuka pertanyaan ,”Apakah mungkin kita akan Swasembada Pangan 2027 “? Beberapa perusuh menanggapi. Johannes Kitono memberi saran untuk tidak melihat dari sisi produksi, tapi juga menilik pada pola konsumsi masyarakat.Dan semua daerah punya pangan lokal. Sementara Novianto Husein . Pemuda asal Blitar itu menceritakan pengalamannya memanfaatkan Tanah kas Desa untuk bertani. Dahlan juga menyampaikan setidak setujuannya swa sembada pangan dengan melakukan food estate yang dipaksakan. Misal program pengembangan pangan skala besar di Kalimantan Tengah. Padi susah tumbuh subur di sana karena tanahnya kasar. . sehingga kini menjadi tanaman sawit dan semak belukar. Dahlan juga menggulirkan ide revolusi persawahan. Dengan cara korporasi . Dengan cara korporasi, ditargetkan hasil panen akan meningkat 30 persen. Cara seperti itu tentu hanya bisa dilakukan oleh swasta. Dahlan pun inginmeniru cara yang dilakukan Novri dengan sekala besar yaitu 300 Ha lahan.
Foto : Boy Slamet _ Harian Disway