Harga Daging Tembus Rp 150 Ribu Per Kilogram

Kamis 05-05-2022,04:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, DISWAY.ID- Sudah tiga bulan ini Indonesia krisis daging sapi. Bahkan, harga daging di DKI Jakarta mencapai Rp 180 ribu per kilogram. Kondisi itu rupanya mulai merembet ke Jatim yang merupakan salah satu provinsi pemasok sapi.

Harga daging di Magetan mencapai Rp 150 ribu kemarin. Disusul Sumenep dengan harga Rp 145 ribu per kilogram. Tingginya harga daging di Sumenep cukup memprihatinkan. Sebab, Madura adalah daerah penghasil sapi terbesar di Jatim.

Pengamat ekonomi Teguh Prihandoko melihat grafik harga daging mulai naik sejak sepekan menjelang Lebaran. Ada banyak faktor yang memengaruhi kenaikan tersebut. ”Pakan ternak sekarang mahal. Satu ekor butuh Rp 45 ribu per hari,” ujarnya.

Harga jagung dan kedelai yang menjadi bahan baku pakan ternak sedang meroket secara global. Makanya, banyak peternak yang kewalahan.

Harga sapi bakalan juga ikut meroket. Jika biasanya dengan Rp 100 juta peternak bisa mendapat 5 sapi, kini mereka cuma bisa dapat 3 ekor. 

Faktor berikutnya adalah munculnya penyakit virus flu babi Afrika alias African swine fever (ASF) di NTT. Virus tersebut masuk pada akhir 2019. Hingga Juli 2020 jumlah babi yang mati mendadak mencapai 23 ribu. ”Orang-orang timur sekarang mengurangi makan babi, beralih ke sapi. Jadi, pasokan ke barat menurun drastis,” ujar mantan Dirut Rumah Potong Hewan (RPH) Surya Surabaya itu.

Ia memantau harga daging di NTT bahkan nyaris sama dengan Surabaya kemarin: Rp 120 ribu per kilogram. Itu jarang terjadi. Sebab, NTT adalah salah satu daerah penghasil sapi terbesar di Indonesia. Harga daging sapi di sana biasanya jauh lebih murah ketimbang wilayah lain.

Imbas dari NTT tersebut juga terasa sampai ke Jatim. Secara data, jumlah sapi di Jatim seharusnya surplus. Namun, Teguh melihat banyak sapi di Jatim yang dikirim ke luar daerah untuk persiapan Iduladha. ”Solusinya, gubernur harus menerapkan kebijakan larangan perdagangan sapi ke luar provinsi,” jelas alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (angkatan 1985) itu.

Harga daging impor juga ikut melambung imbas dari kelangkaan kapal internasional. Harga sewa kapal melambung sejak pandemi. ”Kalau ada yang bilang daging impor harganya Rp 80 ribu, itu bohong besar. Sekarang sama-sama mahalnya dengan sapi lokal,” jelasnya.

Dirut RPH Surya Fajar Arifianto Isnugroho sudah mengantisipasi lonjakan harga daging sebelum Lebaran. Pihaknya memotong 297 sapi tiap hari agar harga daging tetap stabil. ”Kami lembur sampai suara saya habis,” kata Fajar dengan suara serak.

Harga daging di pasar tradisional bervariasi. Rata-rata menjual dengan harga Rp 120 ribu. Ada juga yang lebih mahal Rp 5 ribu–Rp 10 ribu. 

Fajar menilai, kenaikan tersebut terjadi karena pedagang ingin mengambil keuntungan lebih tinggi di masa Lebaran. Menurutnya, hal tersebut lumrah. 

”Kalau mau murah, kami juga punya stok di rumah daging,” lanjut Dirut yang baru menjabat empat bulan itu. Harga daging kualitas A mencapai Rp 120 ribu. Sedangkan kualitas C yang paling murah mencapai Rp 105 ribu.

Ia juga memantau harga daging di luar kota dan provinsi. Kenaikan memang terjadi. Namun, ia memastikan bahwa Surabaya tidak akan mengikuti jejak DKI Jakarta. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memintanya untuk mengendalikan harga daging di pasaran.

Semua sapi di RPH Surabaya dipasok dari Jatim. Tidak ada sapi dari luar daerah. Beruntung, sentra peternakan sapi yang jadi pemasok untuk Surabaya memiliki stok aman.

Kategori :