SURABAYA, HARIAN DISWAY-UNIVERSITAS 17 Agustus 1945 Surabaya secara resmi membuka program studi (prodi) baru, yakni magister ilmu komunikasi, yang berada di bawah fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP). Diresmikan langsung oleh Kepala Yayasan Perguruan Tujuh Belas Agustus (YPTA) Surabaya J. Subekti.
Subekti dalam sambutannya berkisah bahwa FISIP Untag Surabaya merupakan salah satu fakultas tertua. ”FISIP ini anak mbarep (pertama) Untag Surabaya,” ungkapnya.
Ia menceritakan, sebelum ada Universitas 17 Agustus 1945, lewat Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945, didirikan Akademi Administrasi Negara dan Niaga Universitas 1945 Cabang Surabaya (AKADIAN). Kemudian, pada 1964 berkembang menjadi fakultas ketatanegaraan dan ketataniagaan (FKK) yang pada akhirnya menjadi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang pada awal pendirian hingga sekarang memiliki jumlah mahasiswa paling banyak.
Magister ilmu komunikasi menjadi prodi ke-29 di Untag Surabaya dan menjadi prodi magister ilmu komunikasi ketiga di Surabaya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untag Surabaya Dr Ayu Maduwinarti dalam sambutannyi menaruh harapan besar dengan lahirnya magister ilmu komunikasi itu. Yakni, dapat mencetak lulusan terbaik. ”Juga siap bersaing dengan dunia kerja nantinya,” ungkapnyi.
Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Dr Teguh Priyo Sadono menjelaskan, prodi baru akan berfokus pada dua kajian, yaitu marketing communication dan tourism communication. ”Marketing communication kita lebih berorientasi bagaimana membentuk tenaga ahli di bidang strategi marketing,” ungkapnya.
Hadir juga Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Korwil Jawa Timur Dr Ido Prijana dan Kepala Lembaga Layanan Dikti Wilayah VII Prof Dr Dyah Sawitri. Dyah dalam kesempatan yang sama berharap, dibukanya prodi magister ilmu komunikasi itu bisa menambah nilai bagi Untag Surabaya sehingga dapat meningkatkannya menjadi world class university.
Sementara itu, Rektor Untag Surabaya Prof Mulyanto Nugroho dalam sambutannya mengungkapkan, sejak semester ini telah diterapkan kurikulum OBE (outcomes based education) atau kurikulum program internasionalisasi. Secara bertahap dan terencana, itu akan menciptakan insan yang unggul dan kompeten dalam menghadapi persaingan global. (*)