Dosen Untag Surabaya Dorong Pengembangan Branding Digital Pertanian Melon di Lamongan
HASIL pengembangan branding produk melalui pembuatan logo dan stiker untuk menambah nilai jual melon di Desa Takerharjo, Kabupaten Lamongan, oleh dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.-istimewa-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sejumlah dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag Surabaya) melakukan kolaborasi pemberdayaan pertanian bersama para petani di Desa Takerharjo, Kabupaten Lamongan.
Itu adalah upaya mengembangkan pemasaran hasil produk olahan atau komoditas asli pertanian setempat.
Realisasi kegiatan tersebut didorong oleh program pendanaan hibah internal perguruan tinggi Untag Surabaya terhadap gagasan program pemberdayaan masyarakat yang diusulkan para dosen internal.
DOSEN dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berkolaborasi dengan petani melon di Lamongan.-istimewa-
Kesempatan tersebut kemudian dimanfaatkan Moh. Dey Prayogo dan Fransisca Benedicta Avira C.P. sebagai dosen ilmu komunikasi untuk melakukan program pengembangan branding digital dari hasil pertanian melon yang ada di Lamongan.
Dey Prayogo selaku ketua pelaksanaan menjelaskan bahwa program pemberdayaan itu bertujuan mengangkat nilai jual dan mengembangkan pangsa pasar para petani melon dengan menjangkau para konsumen dan pembeli yang ada di dunia maya.
”Kita ingin mendorong para petani lokal yang ada di Lamongan untuk mulai menjajaki dunia komunikasi digital dengan memanfaatkannya sebagai arena pasar yang mampu menyerap produk pertanian mereka secara mandiri,” ungkapnya.
BACA JUGA: Peringati Hari Lahir Proklamator, Untag Surabaya Gelar Dialog Bulan Bung Karno
BACA JUGA: Ini 9 Alasan Mengapa Anda Harus Kuliah di Untag Surabaya Selain Jadi Kampus Tertua di Jawa Timur
Selain itu, ia menjelaskan alasan utama usulan kegiatan tersebut karena menyadari faktor utama permasalahan terkait rendahnya kesejahteraan para petani selama ini karena rantai distribusi komoditas yang tidak seimbang antara petani sebagai produsen utama dan tengkulak atau supermarket yang menjadi distributor akhir terhadap konsumen.
”Komoditas melon yang sangat melimpah di Lamongan selama ini masih bergantung pada penjualan konvensional. Seperti dikutip di laman informasi pemkab setempat, lebih dari 6.000 ton melon per tahun yang dihasilkan terserap melalui basis penjualan antara petani dan tengkulak dengan harga pertama. Sedangkan dalam distribusi tingkat akhir, harga melon di supermarket dijual dengan selisih harga mencapai tiga kali lipat rendahnya harga yang didapatkan petani lokal,” lanjutnya.
BACA JUGA: PLN Jatim Jalin Kerjasama dengan Untag Surabaya Percepat Transisi Energi Menuju NZE 2060
BACA JUGA: Mahasiswa Untag Surabaya Gagas Soerabaja Tempo Doeloe, Hadirkan Jajanan Jadul
Dalam pelaksanaannya, dua dosen ilmu komunikasi Untag Surabaya tersebut melakukan kerja sama dengan para petani melon di Desa Takerharjo, Lamongan, untuk melakukan pendampingan serta pelatihan branding digital yang terdiri atas pembuatan nama, logo, brosur, packaging, serta konten penjualan yang ada di media sosial ataupun di e-commerce yang nantinya membentuk komoditas petani tersebut memiliki nilai jual yang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: