Rumah besar yang ditinggali Sumi dan Suyatmi dijual setelah kedua ayah dan ibu angkat mereka meninggal dunia.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Ia mewariskan rumah besar yang selama ini ditinggali Sumi dan kakaknyi, Suyatmi. Mereka memutuskan untuk menjual rumah itu karena sudah punya rumah sendiri.
Sumi ingin menenangkan pikiran dan keliling dunia. Setidaknya, itulah yang bisa dia lakukan setelah kehilangan bertubi-tubi.
Pada 3 Oktober 2015, Sumi meninggalkan Belanda selama enam bulan untuk melakukan solo traveling ke Indonesia. Juga, ke Thailand dan Australia.
Dia pulang kampung, mengunjungi kakak yang sangat dia sayangi: Suparti. Juga, saudara perempuan lainnya, Samirah, dan suaminyi, Mustopa, yang datang dari Sulawesi.
”Pertama saya pergi ke Bali, kemudian ke Jawa ke Suparti. Setelah itu, saya mengunjungi Thailand. Saya kembali ke Bali. Setelah Bali, saya pergi ke Australia. Setelah itu, saya kembali ke Bali lagi,” ucap Sumi yang diterjemahkan dari bahasa Inggris.
April 2016, Sumi ke Indonesia untuk kali keempat. Dia tidak selalu mengunjungi keluarga. Tetapi, sebagian besar waktu itu adalah kombinasi dari mengunjungi keluarga dan menjelajahi Indonesia.
Keluarga besar Sumi Kasiyo (daster merah) di Gorongalo. Ada Ibunyi Damikem dan anak-anak lainnya.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Pada 16 Oktober 2016, Suparti meninggal karena stroke. Usianyi 52 tahun. Sumi kembali kehilangan orang yang paling dikasihi.
Suparti adalah sosok yang dia anggap sebagai ibu. Sang kakak selalu menggendong Sumi ketika kecil sebelum proses diadopsi ke Belanda.
Sumi hanya bertemu dengan kakak tersayangnyi dua kali. Pertemuan berharga yang bakal dikenanig sepanjang masa. Pelukannya saat Sumi masih balita masih membekas sampai sekarang. (*)
Bertemu Tim van Wijk. BACA BESOK!