Tragedi Halloween berdarah di Itaewon itu masih membekas di benak masyarakat Korsel. Banyak dari mereka mengalami trauma. Masyarakat merasa cemas. Takutnya kejadian itu akan terulang kembali. Tak harus di momen Halloween. Tetapi bisa jadi ada insiden serupa di kerumunan.
HAL itu tebersit dalam benak seorang pekerja kantor berusia 30 tahun. Ia hanya menyebutkan marganya: Lee. Sehari-hari, Lee bepergian memakai kereta bawah tanah. Tetapi, sejak tragedi itu, ada yang berubah dalam dirinya. Turun dari kereta, ia selalu sesak napas. ’’Saya tidak bisa bernapas. Kejadian seperti ini bukan kali pertama bagi saya. Saya merasa tercekik selama perjalanan naik kereta. Sepertinya itu serangan panik,” ucapnya. Kereta yang dinaiki Lee memang dikenal padat. Yakni, kereta ekspres jalur 9. Lee biasanya menumpang kereta itu untuk ngantor . Saat berjejal bersama penumpang lain itulah Lee kerap cemas. Suasana begitu ramai. Padat. Ia takut kejadian Itaewon akan berulang. Lee kerap membayangkan bagaimana kalau ada tragedi di kereta yang sedang dinaikinya. Memang, Lee selalu pulang-pergi dengan selamat. Tetapi, ia selalu berangkat dengan bayangan buruk yang selalu menghantui. Orang Korea pada dasarnya terbiasa dengan situasi padat di jalan maupun perkotaan. Tetapi, kini mereka menjadi jauh lebih waspada. Mereka menyadari sesuatu pascatragedi itu. Bahwa kondisi padat tersebut bisa membahayakan. Data tahun 2021 dari Seoul Metro menunjukkan, jalur kereta yang paling padat adalah antara stasiun Noryangjin dan Dongjak di jalur 9. Jumlah penumpang mencapai 185 persen kapasitas saban pagi. Padahal, toleransi kepadatan adalah 150 persen. Itu pun penumpang sudah sangat sesak. Tak bisa bergerak. Mereka hanya berdiri, mematung, sambil menunggu pemberhentian.SESAKNYA PENUMPANG di Jalur 9 Seoul Metro yang menuju Gimpo Airport Station.-Korea Times- Padatnya kereta itu memang di luar nalar. Karena itu, warga Korsel punya julukan khusus untuk kereta tersebut. Yakni, Komuter Neraka. Sebutan itu merujuk pada kondisi di dalam gerbong. Sempit. Bikin terjepit. Belum lagi kalau ada senggol-senggolan di dalam kereta. Pertengkaran kecil akan makin memperburuk keadaan. “Kereta bawah tanah di Seoul memang sangat padat. Tak sedikit yang merasa kesulitan bernapas atau kena serangan panik di dalam gerbong. Tapi kami, masyarakat Korea, sudah terbiasa dengan kepadatan dalam kehidupan kami sehari-hari,” ucap Park Cheng-woong, seorang profesor manajemen keselamatan di Universitas Siber Sejong.
PESAN PELAYAT yang ditempelkan pada papan peringatan tragedi di dekat stasiun kereta bawah tanah Itaewon, Kamis, 3 November 2022.-JUNG YEON-JE-AFP- Perkataan dari Lee Song-kyu, kepala Safety Professional Association of Korea juga menguatkan kecemasan banyak orang Korsel saat ini. Bahwa tragedi itu bisa terulang, bahkan di dalam kereta bawah tanah. ’’Tapi kemungkinannya masih kecil mengingat masyarakat kami sudah terbiasa dengan kepadatan,” kata Lee. “Setidaknya tragedi di Itaewon kemarin jadi bahan refleksi untuk diri kita. Bencana kerumunan dapat terjadi secara tak terduga, di mana pun dan kapan pun. Maka dari itu kita harus tetap waspada,” ucapnya. (Mochammad Rafly Akbar)