La Nina Penyebab Erupsi Semeru Tiga Tahun Beruntun

Senin 05-12-2022,04:05 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

LUMAJANG, HARIAN DISWAY - Erupsi Gunung Semeru yang terjadi Minggu, 4 Desember 2022, itu bertepatan dengan erupsi setahun lalu, 4 Desember 2021. Sebelumnya, Desember 2020, gunung tertinggi di Jawa itu juga erupsi.

Artinya, erupsi Semeru terjadi tiap Desember dalam kurun tiga tahun terakhir. Tentu saja, yang terbesar pada Desember 2021. Ratusan orang meninggal dan ribuan rumah ambruk akibat guyuran abu vulkanik.

"Sudah tiga tahun ini status Gunung Semeru siaga," ujar Pakar Geologi Institute Teknologi Sepuluh Nopember Prof Amien Widodo. Itu terkait erat dengan munculnya fenomena La Nina sejak 2020. Yang diperkirakan baru akan lenyap dari Indonesia pada akhir tahun nanti.


--

La Nina menyebabkan curah hujan meningkat. Sebab itulah erupsi Semeru terjadi cukup besar tiap Desember. Tepat saat musim hujan berlangsung. Itu juga membuat aktivitas lava mengumpul di atas lereng. Begitu kena hujan, luncurannya akan sangat cepat. Dan materialnya cukup banyak.

"Lebih hati-hati kalau malam hari karena nggak akan kelihatan," ungkap Amien. Dan yang berbahaya bukan abunya. Tetapi lahar panas yang mengalir ke sungai.


Kondisi rumah warga di Kajar Kuning yang tertimbun abu vulkanik.-Pemkab Lumajang-

Amien pun menegaskan bahwa erupsi memang karakter dari gunung berapi. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Semuanya bergantung pada aktivitas tiap gunung.

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar memastikan tidak ada korban jiwa dalam erupsi kali ini. Cuma ada tiga orang yang dilarikan ke rumah sakit.  "Mereka pingsan karena kaget. Tapi bukan karena kena guguran awan panas," ujarnyi saat ditemui di posko pengungsian Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, sore kemarin. Indah bersama Bupati Lumajang Thoriqul Haq kemarin keliling ke lokasi pengungsian warga. 

BACA JUGA:Mengunjungi Kompleks Hunian Tetap saat Semeru Erupsi lagi

Saat ini, total sekitar 2.000 orang yang mengungsi. Rata-rata warga Desa Sumberwuluh. Mereka menyebar ke beberapa titik pengungsian.  Termasuk juga para warga hunian tetap (huntap). Namun, kata Indah, sebetulnya warga huntap itu tak perlu mengungsi. Sebab, lokasi itu aman karena bukan jalur lahar.

"Ini kami sampaikan lagi ke mereka. Mungkin karena tadi panik, langsung lari. Tapi, sekarang beberapa sudah ada yang kembali," terangnyi.

Selain itu, erupsi kali ini juga tak mengakibatkan kerugian material apa pun. Rumah-rumah warga tak terguyur material erupsi. Cuma jembatan baru di Dusun Kajar Kuning yang tertutup endapan material.

Pemkab Lumajang pun sudah menetapkan masa tanggap darurat. Setidaknya selama dua pekan ke depan, keadaan bisa kembali normal. Namun, itu tetap bergantung ketebalan endapan guguran awan panas. (Mohamad Nur Khotib)

 

Kategori :