SURABAYA, HARIAN DISWAY - HARI Raya Natal kurang sepuluh hari lagi. Puncak arus mudik natal dan tahun baru (Nataru) itu diperkirakan mulai 23-25 Desember 2022. Tentu saja, mobilitas masyarakat bakal melonjak ketimbang tahun sebelumnya.
Itu bisa dilihat dari mudik Lebaran yang baru diizinkan pemerintah pada Mei lalu. Tercatat sebanyak 85,5 juta orang menempuh perjalanan. Nataru kali ini pun demikian. Diperkirakan mobilitas masyarakat mencapai 60 juta orang.
Para pemudik tersebut dihitung dari semua moda transportasi. Baik darat, laut, maupun udara. Prediksi volume lalu lintas jalur darat masih didominasi pemudik dari wilayah Jabodetabek. Yakni sekitar 2,73 juta kendaraan.
Dan Jawa Timur menjadi tujuan pemudik paling banyak. Sekitar 1,28 juta kendaraan bakal menempuh perjalanan melalui Trans Jawa. ”Itu hasil survei mudik kami tahun ini. Nanti bisa dijadikan acuan dalam proyeksi lalu lintas, terutama untuk jalan tol,” ujar Dirut Jasa Marga Subakti Syukur saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, 14 Desember 2022.
Komisi VI juga meminta hasil survei itu dijadikan bahan untuk antisipasi pergerakan kendaraan pada Nataru. Mulai dari kepadatan dan kemacetan, keterlambatan transportasi publik, potensi kecelakaan dan bencana, hingga naiknya tarif. ”Juga jangan lupa untuk antisipasi lonjakan Covid-19,” tandas Wakil Ketua Komisi VI Aria Bima.
PT KAI pun mencatatkan kenaikan jumlah penumpang yang cukup signifikan. Bahkan sebanyak 563.478 tiket untuk momen libur Nataru sudah terjual. Dan kini rata-rata penumpang kereta api tembus 309 ribu per hari.
“Artinya kita juga akan tambah armada harian saat Nataru,” ujar Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo saat menyampaikan laporannya. Setidaknya, ada tambahan 51 perjalanan setiap hari. Total 484 kereta api bakal dijalankan per hari selama libur Nataru.
Lonjakan serupa juga terjadi pada penumpang pesawat. Sepanjang Januari-November 2022, jumlah penumpang domestik mencapai 46,5 juta. Bahkan diprediksi menjadi 51 juta hingga tutup tahun nanti.
“Mobilitas sudah hampir seperti normal. Momen Nataru ini jelas akan terjadi lonjakan,” jelas Dirut Angkasa Pura I Faik Fahmi. Setidaknya, lonjakan penumpang terjadi di 15 bandara. Empat teratas yaitu Makassar, Denpasar, Balikpapan, dan Surabaya.
Namun, Faik mengeluhkan yang mungkin menjadi kendala besar. Bahwa saat ini jumlah maskapai yang beroperasi sangat terbatas. Hanya sekitar 402 unit. Itu jauh ketimbang Nataru pada 2019 silam yang mencapai 650 unit.
Tentu saja keterbatasan maskapai akan mengakibatkan harga tiket yang makin melambung. Sebab, demand yang menguat tak diimbangi dengan ketersediaan yang memadai. ”Ini yang masih menjadi PR. Kami diminta Kementerian Perhubungan untuk segera menentukan tarif batas atas,” tandasnya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jatim Arifudinsyah pun mengeluhkan hal yang sama. Harga tiket pesawat menuju Jawa Timur makin mahal. Kondisi itu akhirnya memperlambat pertumbuhan wisatawan yang datang provinsi itu.
Belum lagi, airport tax di Bandara Juanda Surabaya sejak 16 Juli 2022 lalu mengalami kenaikan. Untuk penerbangan domestik dari Rp 101 ribu menjadi Rp 119.880. Untuk penerbangan Internasional airport tax tetap di angka Rp 230 ribu.
”Karena kondisi itu, akhirnya harga tiket sangat mahal. Ditambah, saat ini perekonomian Indonesia baru mau tumbuh setelah terpaan badai pandemi Covid-19 dua tahun kemarin. Akhirnya, hanya sedikit wisatawan yang datang. Hanya kalangan menengah ke atas,” ungkapnya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) di 2021, ada 155 juta perjalanan wisatawan Nusantara di Jatim. Angka itu naik sebesar 14,95 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 126 juta perjalanan.