Penayangan Perdana 'Mentari' oleh Kevina Tenggara Dukung Karya Seni untuk Semua Golongan

Senin 13-02-2023,20:02 WIB
Reporter : Belva Mutiara dan Candraditya
Editor : Heti Palestina Yunani

Seteduh mentari. Begitulah ketika melihat langsung penayangan perdana video musik milik pianis muda asal Surabaya, Kevina Tenggara, pada Minggu, 12 Februari 2023 di Amphitheater Pakuwon City Mall.

Bersama Aksi Cinta Indonesia (ACI), gadis 18 tahun itu ikut andil ke dalam kampanye sosial. Tujuan utamanya untuk mendukung karya seni bagi seluruh golongan. Karena itu, anggota awal ACI itu menggandeng Jacky sebagai videografer dalam project video musiknya. 

Jacky, 14 tahun, adalah seorang tunarungu dan tunawicara. Jacky, mengasah bakat terpendam dalam dirinya melalui komunitas Difabel Berkarya yang didirikan fotografer dan pembatik Leo Arief Budiman. "Keterlibatan Jacky itu melambangkan bahwa seorang disabilitas mampu menunjukan bakatnya sama dengan manusia lainnya," ujar Leo.

Acara perdana dari ACI yang berkolaborasi dengan Difabel Berkarya itu memang sangat mewadahi penyandang disabilitas dalam memamerkan buah karya seninya. Karena semua orang dapat berkarya tanpa membedakan siapa pun.

Menurut manager ACI Yessy Dian, ACI sendiri terkumpul dari anak-anak seluruh Indonesia dengan tujuan memberikan karya yang ditujukan untuk memberikan impact positif kepada masyarakat. "Pada tahun 2023 ini kita tujukan untuk komunitas disabilitas berkarya," tuturnya.

Pada tahun sebelumnya, ACI membuat konser musikal dari rumah. Hasilnya ditujukan kepada pendidikan anak-anak di Papua.


Yessy Dian, manajer ACI ketika menyampaikan sambutan-Haikal Ismail/Harian Disway-

Selain anak-anak Disabilitas Berkarya, anak-anak bimbingan ACI Surabaya juga ikut mengisi acara ini. Mereka bernyanyi layaknya paduan suara, di depan penonton. Membawakan dua lagu nasional: Satu Nusa Satu Bangsa dan Tanah Air. Gemuruh tepuk tangan membahana setelah anak-anak tersebut selesai bernyanyi. Tanda pengunjung terkesima akan penampilan mereka. 

Tak hanya itu, Difabel Berkarya juga mempersembahkan hasil jepretan dari Jacky, Pina, Omay, Mukidi, dan Kiking. Dalam pameran dan adopsi foto karya anak disabilitas ini disambut baik oleh pengunjung yang hadir di Pakuwon City Mall, Surabaya.

Leo menyebutkan bahwa sebenarnya kemampuan anak-anak disabilitas sangat luar biasa. Hal ini terbukti ketika mereka terbang ke Jerman untuk mengikuti workshop fotografi. "Kiking dan Mukidi yang berangkat. Di ajang itu Kiking mendapatkan best fotografer," ujarnya.

Pada awalnya Leo hanya mengajar batik di Kampung Anak Negeri Kalijudan, Surabaya. Lantas ia mendapatkan panggilan hati untuk terus mengajar para penyandang disabilitas agar memiliki karya.


Leo Arief Budiman dengan anak didiknya, Omay, ketika mempresentasikan karya fotonya-Haikal Ismail/Harian Disway-

Uniknya, cara berkomunikasi mereka dengan Om Leo -panggilan anak-anak asuhannya- menggunakan bahasa sendiri. "Saya berkomunikasi dengan mereka istilahnya menggunakan 'bahasa ibu' jadi hanya saya dan mereka yang mengerti bahasa itu, " ungkapnya. 

Berawal dari mengajarkan batik, Leo mengganti metode dan mengalihkannya dengan belajar dunia fotografi. "Saya ajari mereka memotret cukup dengan menggunakan HP. Dari situ saya melihat anak-anak sangat antusias, suka. Akhirnya berjalan sampai sekarang," tandasnya. "Mereka juga menerbitkan buku foto yang berjudul Tutur Mata," sambunngya, lalu menutup pembicaraan dengan Harian Disway. (Belva Mutiara/Candraditya)

Kategori :