Gedung Candra Naya bisa dipandang dalam dua sisi. Ia menunjukkan kemewahan dan kesenjangan yang begitu lebar antara kaum aristokrat rakyat jelata. Di sisi lain, Candra Naya mewariskan jejak arsitektur yang keelokannya masih terasa sampai detik ini.
Series Jejak Naga Utara Jawa (25) : Istana Mayor Terakhir Batavia
Senin 20-02-2023,21:30 WIB
Editor : Doan Widhiandono
CANDRA Naya seperti bersembunyi dari hiruk pikuknya ibu kota. Bangunan itu berdiri dalam keheningan, dilindungi bangunan tinggi yang menyangga langit.
Candra Naya memang terletak di kawasan superblok Green Central City, Jalan Gajah Mada, Glodok, Jakarta Barat. Di situ ada Hotel Novotel, perkantoran modern, plus sebuah kedai kopi waralaba internasional. Seluruhnya berwajah modern. Dengan kaca-kaca mengilap yang dipasangkan pada gedung jangkung dari beton.
Tak heran, Candra Naya punya wajah yang sangat berbeda dengan bangunan-bangunan di sebelahnya. Candra Naya tetap mempertahankan kecantikan masa silamnya. Kecantikan istana orang berada pada abad ke-19.
BACA JUGA: Dulu untuk Perlawanan, Kini Olahraga
Tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa mendatangi bangunan itu pada Minggu, 15 Januari 2023. Kami disambut kemegahan yang sudah bertahan melintasi zaman itu. Bangunannya lebar dengan atap tinggi dan bubungan khas. Melengkung ke atas dengan ujung bercabang. Motif ekor walet.
Di bagian tengah ada pintu kayu yang diapit jendela berterali. Simetris. Atap yang menjulur sampai ke teras ditopang oleh tiang-tiang kayu kurus. Khas arsitektur Tiongkok.
Tiang itu berpadu dengan bilah-bilah horizontal yang menjadi kuda-kuda penopang atap. Ia juga dihias ukir-ukiran dengan warna emas. Tentu, ia adalah bangunan yang sangat cantik pada masanya. Bahkan pada masa kini…
Lalu, berapa sejatinya usia Candra Naya? Tak ada catatan pasti. Tulisan pada pigura yang tertempel di sisi kanan dan kiri pintu masuk juga tak memberi kejelasan.
Pada lembaran yang dipigura itu, tertulis bahwa Candra Naya adalah milik keluarga Khouw. Orang Belanda menyebut mereka sebagai Khouw van Tamboen. Keluarga Khouw dari Tambun (kini di Jakarta Timur).
Ada dugaan bahwa Candra Naya dibangun oleh Khouw Tian Sek pada 1807 untuk menyambut kelahiran Khouw Tjeng Tjoan, anaknya, pada 1808. Atau, rumah itu dibangun oleh Khouw Tjeng Tjoan pada 1867. Kesulitan menentukan tanggal itu lantaran keluarga Khouw tidak memberikan penanda apa pun pada rumah itu.
KOLAM IKAN di bagian belakang gedung Candra Naya, Glodok, Jakarta Barat.-Retna Christa-Harian Disway-
Yang terang, pemilik terakhir Candra Naya adalah Khouw Kim An. Ia diangkat sebagai Majoor der Chinezen oleh pemerintah Belanda pada 1910. Ialah Mayor Tionghoa terakhir di Batavia yang lengser pada 1945. Karena itu, Candra Naya juga kerap disebut sebagai Rumah Mayor oleh warga sekitarnya.
Ini menjelaskan banyak hal tentang kemegahan Candra Naya. Sang pemilik adalah bankir. Pasti tajir. Ia juga pejabat tinggi. Pasti seleranya tinggi.
Siang itu, tak ada orang yang berkunjung saat kami tiba. Hanya ada seorang penjaga berpakaian safari hitam yang menyambut kami. Namanya, Ade Imam.
Ia menjaga meja kecil dengan buku tamu. Di belakangnya adalah dinding kayu dengan lukisan plus sepasang duilian. Bunyinya, shou bi nan shan bu lao song; fu ru dong hai chang liu shui. Artinya, kira-kira: Panjangnya umur melebihi pohon-pohon pinus di Gunung Nangshan, berkatnya mengalir jauh seperti sungai menuju laut timur.
Ade tidak banyak bercakap-cakap siang itu. Ia hanya mengingatkan agar kami tidak memotret dengan kamera besar saat di dalam gedung. Juga bilang bahwa kami harus memakai masker.
Bermasker, Retna Christa menelusuri koridor yang dinaungi kanopi klasik di bagian belakang gedung Candra Naya.-Doan Widhiandono-Harian Disway-
Ade mengakui bahwa tidak banyak orang yang menyambangi Candra Naya. ’’Ini fungsinya museum aja. Paling orang datang foto-foto doang pakai HP,’’ katanya. Meski begitu, ada juga yang datang untuk foto prewedding. Kalau ini, tentu harus ada izin khusus dari pengelola.
Dari ruang depan itu, kami melangkah menuju pintu kecil yang ada di sebelah kiri meja penjaga. Dan di dalam ruang tengah itulah segala keelokan menyeruak… (*)
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada
SERI BERIKUTNYA: Detail-Detail Penuh Doa
Kategori :