Ponorogo punya RSUD Dokter Harjono yang usianya sudah lebih dari satu abad. Sudah beroperasi sebelum Indonesia merdeka. Ketika populasi Ponorogo sudah nyaris sejuta dan tantangan kesehatan makin kompleks, Bupati Sugiri Sancoko membangun RSUD baru.
TANGAN kanan seluruh pegawai Rumah Sakit Dokter Harjono (RSDH) diangkat ke udara. Telunjuk diarahkan ke langit. Bupati Ponorogo yang berdiri di atas panggung meminta mereka mengucapkan ikrar suci. ”Bismillaahirrahmaanirrahim, mulai hari ini kita hijrah menuju RSUD Dokter Harjono yang lebih baik,” ucap Kang Bupati 15 November 2022.
Dokter, perawat, dan pegawai RSDH langsung riuh. Mereka juga merayakan momen spesial itu dengan melepaskan balon merah dan hijau.
Hari itu adalah hari yang spesial bagi Rumah Sakit Umum Daerah dr Harjono (RSDH). Mereka merayakan ulang tahun ke-105. Termasuk rumah sakit tertua di Jatim. ”Kita sudah tidak muda lagi. Kita sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Makanya, saya meminta ikrar hijrah supaya pelayanan kita lebih baik,” terang Kang Giri.
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Kisah Langka dari Mendiang Kemin (25)
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Tuntaskan Proyek Bandung Bondowoso (26)
RSDH ada sejak era Belanda. Kompeni membangun fasilitas kesehatan sederhana pada 15 November 1917 di wilayah selatan Karesidenan Madiun. Tepat di jantung kota bumi reog.
HUT RS dr Harjono ke 105, Bupati Sugiri Sancoko memberikan tumpeng untuk dirut RSDH dr Yunus Mahatma. -Prokopim Ponorogo-
Awalnya rumah sakit itu berbentuk pos kesehatan dengan kondisi yang sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Jumlah dokternya cuma satu. Sang dokter dibantu dua mantri yang berjaga di rumah sakit ketika dokter bertugas di lapangan atau tourne.
Belanda membangun zaal atau ruang besar untuk menampung orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) pada 1930. Di dalam zaal tersebut ada pula kamar isolasi untuk penderita cacar air yang merebak kala itu.
Bagian depannya diperluas dengan bangunan poliklinik. Terdiri atas serambi, kamar obat, ruang administrasi, dan penyimpanan minyak tanah.
Rumah sakit itu beberapa kali pindah tempat karena pertempuran pasca kemerdekaan RI. Di Agresi Militer Belanda II 1948, seluruh fasilitas kesehatan dipindahkan ke RS darurat yang sekarang menjadi SMPN 1 Ponorogo. Pelayanan dipindahkan selama dua tahun.
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Merdeka Belajar di Pendapa Agung (23)
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Cetak 1.841 Penghafal Alquran (22)
Seusai penyerahan kedaulatan RI di Konferensi Meja Bundar (KMB), suasana lebih kondusif. RS dipindahkan lagi ke Desa Keniten. Namun, pada 2012 RS harus dipindahkan karena lahan dan bangunannya kurang luas. Pemkab memindahkan RSDH ke Kelurahan Paju yang sampai saat ini digunakan. Eks RSUD di Keniten digunakan sebagai pasar yang menjual hasil bumi Ponorogo. Rencananya Sugiri membangun pasar induk di sana.