Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (5): Bernyanyi dan Berjoget di Trenggalek

Rabu 07-06-2023,08:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Noor Arief Prasetyo

Pukul 8 malam, kami sampai di Desa Cengkong, Kecamatan Tamanan, Trenggalek. Di situ kami disambut perwakilan koramil, pastier, dan aparat desa. Saya meminta maaf telah terlambat cukup lama. Karena rute yang kami tempuh, yang diberikan pada kami, sedikit tidak masuk akal.

Saya dan tim 1 merasa sangat bersalah. Karena disitu berkumpul orang-orang sepuh serta para difabel yang dibina Sertu Purwanto, babinsa setempat. Mereka menunggu sejak sore, bahkan ada beberapa yang pulang. Namun melalui pemaparan Sertu Purwanto, kami tergugah. Pengabdian beliau sangat luar biasa di bidang pengentasan buta huruf. 

Di situ kami sepakat menemukan satu babinsa yang harus diperjuangkan di sidang pleno dewan juri: Sertu Purwanto. Ia adalah mutiara Tamanan, Trenggalek.

Lokasi kedua, kami menuju tempat Sertu Lasa. Pelaku seni sekaligus pembina karawitan Bangunlaras. Beliau sangat piawai menyanyikan lagu-lagu Jawa. Pun dengan anak-didiknya yang lihai memadukan musik tradisional dan modern.

Jiwa vokalis saya bergejolak. Saya meminta bernyanyi lagu-lagu Didi Kempot. Dikabulkan. Berduet dengan Sertu Lasa. Tiba-tiba Dosen Probo bangkit berdiri, berlari kecil ke arah kami lalu ikut berjoget. Rupanya ia bukan tipe dosen yang jaim atau jaga image. Sekali ingin berekspresi, langsung saja berekspresi. Lakukan apa adanya.

Saya bernyanyi, Dosen Probo menari. Ya, akademisi muda dengan gaya joget ala bapak-bapak sedang tayuban. Jika Dian melihat itu, pasti dia akan berpaling dari Probo dan lebih memilih saya. Pasti deh. (*)

*Menuju Mojokerto: Sopir ngantuk berat, penumpangnya lelap, baca besok...

 

Kategori :