Setelah melakukan penjurian secara daring melalui zoom meeting, terpilihlah 50 Bintara Pembina Desa (Babinsa) Inspiratif. Kini saatnya tim juri Brawijaya Awards turun ke lapangan. Untuk melihat langsung apa yang dilakukan oleh para babinsa. Saya dan tim 2 ditakdirkan untuk bertemu dengan babinsa berhati baja dari Kodim Malang-Batu. Sertu Tri Djoko Purwanto namanya.
Rabu, 17 Mei 2023, saya dan anggota tim 2 Drs Pudjio Santoso, M.Sosio (akademisi), Elvina (fotographer), serta Alvin (videographer) meninggalkan kantor Harian Disway pukul 07.35. Kami menjadi tim terakhir yang berangkat melakukan penjurian. Tiga tim sebelumnya sudah berangkat penjurian sehari sebelumnya.
Perjalanan kami sempat terhambat kepadatan lalu lintas Surabaya. Memasuki tol Waru, saya langsung menginjak pedal gas lebih dalam. Kami harus tiba secepat mungkin di Koramil Pakisaji, Kabupaten Malang.
Sambil mengemudi, saya ngobrol dengan pak Pudjio yang duduk di sisi kiri. Saya sedikit menceritakan sepak terjang Sertu Tri. Babinsa yang peduli dengan pendidikan anak-anak disabilitas.
Saya banyak tahu kegiatan Sertu Tri dari penjurian sesi pertama, Kamis, 4 April lalu. Sejak penjurian itu, saya berkeinginan melihat langsung pengabdian babinsa yang satu ini. Beruntung saya berada di tim 2 yang kebagian wilayah tersebut.
Sertu Tri Djoko Purwanto menunjukkan karya anak disabilitas binaannya kepada tim juri dari Harian Disway.-Elvina Talita-
Pukul 10.30 WIB kami tiba di Koramil Pakisaji. Di sana sudah ada puluhan anak binaan Sertu Tri. Mereka sedari pagi menunggu kedatangan kami di Aula Koramil.
Kedatangan kami disambut oleh perwira Kodim 0818 Malang-Batu dan Koramil 07 Pakisaji. Ada Kasdim Mayor Inf Aditya Lian Mahardikha, Pasiter Kapten Inf Mujiono, dan Kapten Caj Bambang Heryanto. Tentunya Sertu Tri Djoko juga turut menyambut.
Sambil menikmati nasi pecel sebagai sarapan pagi kami, Sertu Tri menceritakan tentang kegiatannya bersama anak-anak disabilitas di sana. "Sekitar 80 persen tuna grahita. Beberapa lainnya tuna daksa," kata Tri, menjawab pertanyaan pak Pudjio terkait disabilitas yang diderita anak-anak.
Kata Tri, ia ingin nantinya anak-anak binaannya menjadi Anak Dengan Ketrampilan Khusus. Sehingga bisa mandiri secara finansial. Sehingga ia mengajarkan berbagai keterampilan. Membuat keset, batik, atau tas dari bahan daur ulang. "Hasil kerajinan dijual di UMKM yang mereka kelola sendiri. Ada juga yang kami bukakan cucian motor dan jual penyetan," paparnya.
Sehabis sarapan, Tri mengajak kami menjemput anak-anak binaannya di Desa Kebon Agung. Tidak jauh dari Koramil. Tri langsung menyiapkan mobil dinasnya. Minibus Suzuki Carry. "Ini kemarin baru dapat hibah dari Pemkab Malang," katanya.
Sebelum ada mobil itu, ia menjemput dengan sepeda motor dinasnya.
Pak Pudjio ikut mendampingi Tri di dalam mobil. Photographer Elvina dan Alvin videographer naik motor dibonceng oleh dua anggota Koramil. Sementara saya menunggu di Koramil.
Sambil menunggu mereka, saya ngobrol dengan Mayor Lian. Ternyata beliau juga sering mengikuti kegiatan Tri. "Saya ikut turun memotivasi pak Tri. Ini bentuk dukungan dan perhatian. Karena pasti berbeda kan mas antara komandan yang memotivasi dengan sesama anggota," kata Mayor Lian.
Perbincangan kami beberapa kali terhenti. Beberapa anak mengadukan kendala yang mereka alami di tempat usahanya. "Pak mesin cuci motornya rusak. Tadi ada pelanggan dan terpaksa ditolak sama anak-anak," ujar Tama.
Menurut Mayor Lian, anak-anak itu memang diminta untuk selalu melaporkan kendala apapun yang mereka hadapi. "Butuh hati yang kuat mas untuk membina mereka ini," ujarnya.