Tentara di mata masyarakat awam adalah orang yang tegas. Jalannya kayak robot dan sangat susah untuk senyum. Dalam perjalanan penjurian babinsa pembina desa (Babinsa) inspiratif kemarin, pandangan tadi berubah. TNI tidak sekaku yang ada dalam pikiran.
Malam panjang di hotel seram pun terlewatkan. Badan sudah segar. Kami sudah selesai mandi. Di kamar sebelah ternyata sudah siap dari tadi. Bahkan, mereka sudah sarapan. Kamar itu berisikan Pak Dosen (Gitadi Tegas Supramudyo, red) dan Bagus. Saya sekamar dengan Sahirol.
Kami pun langsung meringkas barang-barang kami. Terutama semua alat 'perang' Sahirol yang sudah diisi daya semalaman. Kami langsung bergegas turun ke restoran hotel untuk sarapan. Kali ini, makanannya sangat enak. Memperbaiki pemikiran saya tentang hotel itu.
Serma Rudianto menjelaskan program yang dilakukan terkait dengan kerukunan antarumat beragama di Desa Petikan, Driyorejo, Gresik. Salah satunya adalah pendirian tempat ibadah Vihara.-Moch Sahirol Layeli-
Karena Pak Dosen sudah terlebih dahulu sarapan, ia dan Bagus hanya bersantai di lobi dekat restoran. Hanya sebentar kami makan. Kami langsung check-out, lalu berangkat ke Kodim 0812/Lamongan. Di sana, kami sudah ditunggu Pasiter Kodim 0812/Lamongan Kapten Agung Ariyanto.
BACA JUGA:Penjurian Lapangan Brawijaya Award (30): Terpaksa Menginap di Hotel yang Seram
Tidak lama kami berbincang di kodim itu. Kami langsung diantar ke Desa Dumpiagung, Kecamatan Kembangbahu. Itu adalah desa binaan babinsa Serma Duladi. Karena sudah siang, saya minta tolong Pak Dosen yang mengemudi. Saya masih ngantuk. Sepanjang perjalanan dari kodim ke desa itu pun saya tidur.
Tidak mengetahui jalan sama sekali. Tahu-tahu dibangunkan oleh Bagus dan Sahirol. Kami sudah sampai di kantor Desa Dumpiagung. Nuryanto, Kepala Desa Dumpiagung langsung menyambut kami. Ia menceritakan semua perjuangan yang dilakukan Serma Duladi di desanya.
Kami langsung diajak panen padi. Ternyata kedatangan kami, bertepatan dengan panen padi yang ditanam Serma Duladi. Ia menanam padi yang memiliki masa panen singkat. Hanya 90 hari. Saya berpikir sawahnya dekat. Ternyata tidak. Kami harus menggunakan motor untuk menuju lokasi sawah. Jaraknya sekitar satu setengah kilometer.
KARTU MENUJU SEHAT (KMS) yang dijadikan pegangan Serka Izza Elmy untuk mencatat perkembangan anak stunting di wilayahnya.-Moch Sahirol Layeli-
Kami diantar perangkat desa. Partner Serma Duladi pun selalu mendampingi. Ia adalah bhabinkamtibmas di desa itu. Polisi yang tugasnya hampir sama dengan Serma Duladi. Kami jalan beriringan. Jalan menuju sawah itu hanya cukup satu motor saja. Itu juga harus ekstra menjaga keseimbangan agar motor tidak oleng.
Sawah itu milik Nuryanto. Lokasinya berada di tengah kebun tebu dan jagung. Ada dua petak. Saat kami dating, sawah tersebut mulai kering. Pun demikian, padi yang ditanam tetap tampak bagus.
Cuacanya cukup panas. Kami tidak berlama-lama di sana. Hanya melihat proses panen padi sebentar lalu pergi. Selanjutnya kami diajak makan dengan Nuryanto. Ternyata, ia punya rumah makan di daerah itu. Sangat nyaman. Di depan kafe itu, ada patung Singa besar. Persis patung singa di Singapore.
Usai makan, kami langsung menuju Gresik. Kami tidak mau mengulangi kejadian di hari pertama: kami harus beristirahat pukul 01.30 dini hari. Setidaknya, sore sudah mendatangi babinsa kedua di Gresik. Kami pun langsung mengabari Peltu M Masfud, Bati Komsos Kodim 0817/Gresik.
Sesampainya di sana, Peltu Masfud langsung menyambut kami dengan hangat. Kami pun langsung diantar ke Koramil 0817/07 Kebomas. Dari luar, koramil itu terlihat biasa saja. Sama seperti kantor koramil pada umumnya. Namun, saat masuk ke ruangan Komandan Koramil Kapten Inf Mujiyanto, kami dibuat kagum.
Sebelum masuk pun kami sudah mendengarkan suara musik. "Wah, ini sepertinya bukan kantor koramil deh," bisik saya kepada Sahirol.
Ia pun hanya tersenyum mendengarkan perkataanku.