Persebaran Dokter Belum Merata (6) : FK Baru Bermunculan di Tengah Tantangan

Sabtu 08-07-2023,01:14 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Doan Widhiandono

Jumlah dokter yang belum ideal di Tanah Air direspons cepat oleh berbagai kampus. Baik negeri maupun swasta. Di Surabaya, misalnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran membuka fakultas kedokteran baru tahun ini.

 

MENDIRIKAN fakultas kedokteran (FK) tidak semudah dulu. Syaratnya makin ketat setelah moratorium izin pendirian FK dicabut pada akhir tahun lalu. Minimal perguruan tinggi harus terakreditasi A.

 

Kampus juga mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes).

 

Hal itu pula yang dialami Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Sejak 2017, kampus Merah-Putih ini mulai mengajukan pendirian FK. Namun, tak bisa dilanjutkan lantaran saat itu baru diturunkan moratorium.

 

Moratorium diterbitkan untuk menertibkan FK di berbagai kampus yang abal-abal. Saat itu marak sekali lulusan dokter kurang bermutu. Dikti pun fokus menghentikan izin pendirian FK dan fokus memperbaiki akreditasi FK yang dianggap kurang.

 

BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (5) : Gebrakan Kampus Swasta Jawab Kebutuhan

BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (4) : Fakultas Kedokteran Boleh Tambah Kuota

 

"Setelah moratorium dicabut, Untag langsung melengkapi tiga tambahan syarat itu," ungkap Dekan FK Untag Poerwadi kepada Harian Disway . Tentu, katanya, banyak kampus yang sudah mengajukan sejak lama keteteran. Sebab, hanya diberi tenggat waktu maksimal 10 hari.

 

Akhirnya, kampus swasta di Jalan Semolowaru itu dinyatakan lolos. Tahun ini sudah mulai menerima mahasiswa baru (maba). Tetapi, jumlahnya dibatasi sesuai aturan Dikti.

 

Hanya boleh menerima 50 maba. Angkatan pertama itu akan dipantau hingga lulus. Kualitas para alumni akan menjadi salah satu penentu akreditasi fakultas. "Syarat lain, FK baru harus punya keunggulan tertentu," ujar lelaki 74 tahun tersebut.

 

Maka Untag mengedepankan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Terjamin bebas dari afiliasi kelompok, golongan, dan partai politik. Misi pendidikan kedokteran pun disesuaikan dengan kebutuhan negara.

 

Yakni mencetak dokter yang berwawasan kebangsaan dan cinta Tanah Air. Implementasinya tentu melalui program. Bahwa lulusan dokter FK Untag bakal diwajibkan bertugas di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).

 

Khususnya di wilayah Indonesia Timur. Sebab, kata Poerwadi, masyarakat di daerah pelosok sangat kecil aksesnya untuk mendapat fasilitas layanan kesehatan. "Dokter-dokter muda harus melayani beberapa tahun di sana, ini yang diwajibkan, tidak boleh ditolak," tandasnya.

 

Mutu mereka sebagai dokter yang profesional akan teruji di sana. Harapannya, jika tuntas menunaikan tugas, mereka akan menginspirasi para mahasiswa kedokteran lain. Tentu saja agar distribusi dokter bisa lebih merata, tak hanya berpusat di kota.

 


FAKULTASKEDOKTERAN Institut Teknologi Surabaya (ITS) di Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 17 Juni 2023.-Moch Sahirol Layelli - Harian Disway-

 

Misi yang sama juga diupayakan oleh Dekan FK ITS Surabaya Imam Susilo. Bahwa pendirian FK ITS tak lepas dari dorongan untuk pemenuhan jumlah dokter di Tanah Air. Khususnya di wilayah Jawa Timur.

 

FK ITS pun baru dibuka tahun ini. Ada dua jurusan: kedokteran dan teknologi kedokteran. Tentu, sudah memenuhi semua syarat. Bahkan sudah menerima 30 maba. Lantas apa yang jadi unggulan? 

 

"Sebagai kampus teknologi, fokus kami tak jauh-jauh dari situ," kata Imam. Untuk mahasiswa kedokteran, akan dididik dengan tambahan teknologi maju. Ini ada kaitannya dengan revolusi industri 4.0. 

 

Para calon dokter itu akan dibekali kemampuan menggunakan Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan digital 3D printing. Mereka akan dituntut untuk berinovasi dengan semua teknologi mutakhir itu.

 

Untuk mahasiswa teknologi kedokteran tentu lain lagi. Fokusnya pada kemandirian produksi teknologi. "Karena 95 persen alat kedokteran kita masih impor," tandas Imam.

 

Padahal, pangsa pasar Indonesia termasuk yang tertinggi. Dari situlah, mahasiswa teknologi kedokteran dituntut untuk mampu memproduksi alat-alat kedokteran yang lebih beragam. Sekarang, kata Imam, sudah mulai bikin implan sampai alat scan tulang sendiri.

 


GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Surabaya (Ubaya) di Jalan Kalirungkut, Surabaya.-Moch Sahirol Layelli - Harian Disway-

 

Selain itu, FK ITS terus memperluas jaringan. Baik nasional maupun internasional. Sejauh ini sudah menjalin kerja sama dengan kampus-kampus ternama di luar negeri. Mulai dari Australia, Taiwan, hingga Thailand. "Ini supaya kami terus bisa meng- update ilmu kedokteran sehingga bisa mencetak lulusan yang berkualitas internasional," tandasnya. (Mohamad Nur Khotib)

Kategori :