Isu tersebut yang tengah menjadi fokus dari program-program Gerakan Pramuka di Jawa Timur. Yatno juga bersyukur jumlah anggota di Jatim terus bertambah. Bahkan jumlah gugus depan (gudep) terbanyak secara nasional mencapai 60 ribu.
Ini menunjukkan Jatim menjadi wilayah sentral Gerakan Pramuka di Indonesia. Tentu, ia juga berharap Jatim bisa menjadi pelopor.
Yakni untuk mengembalikan Gerakan Pramuka ke fitrahnya. ”Harus ada kesadaran tinggi dan bersama untuk meninjau ulang semua pola kegiatan,” terang lelaki asal Sumatera Utara itu.
Setidaknya, sudah mulai dicicil beberapa tahun belakangan. Misalnya, di Kwarcab Trenggalek. Ada program khusus mengembalikan Gerakan Pramuka ke jalur kurikulumnya.
Mereka merawat prinsip-prinsip utama. Yakni menolong sesama yang hidup dan ikut berperan membangun masyarakat. Tentu dengan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki.
BACA JUGA:Lia ITZY Absen di Konser K-Pop Super Live Penutupan World Scout Jamboree, Ada Apa?
”Kami desain kegiatan yang bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat,” terang Ketua Harian Kwarcab Trenggalek Mahsum Ismail saat dihubungi, kemarin. Ada program yang dikolaborasikan dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Trenggalek. Yaitu perkemahan wirakarya dan bedah rumah.
Para anggota berkemah di samping rumah yang mendapat bantuan pembangunan dari Baznas. Mereka ikut bantu-bantu sebagai tenaga tambahan. Mulai dari membantu tukang hingga memasak.
Program yang diinisiasi sejak akhir 2021 itu pun terus berjalan hingga kini. Pada tahun pertama ada 10 rumah di Desa Puyung yang menjadi sasaran program. Tahun berikutnya naik jadi 15 rumah. Tahun ini baru selesai Juli, ada 20 rumah di dua desa di Kecamatan Bendungan.
”Mereka senang. Apalagi jika ke daerah terpencil. Tantangannya lebih terasa,” ungkap Mahsum. Bermasyarakat itulah bentuk mula Gerakan Pramuka. Program sudah menjadi agenda rutinan. Tentu, kata Mahsum, akan dikembangkan lagi ke kegiatan yang lebih beragam. (Mohamad Nur Khotib)