Teroris Bekasi dari Jalur Internalisasi

Rabu 16-08-2023,05:30 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Ichwanul: ”Ia pernah mengikuti rapat bersama pengurus RT. Tapi, meskipun ramah, ia tidak pernah ngobrol. Ia ramah disapa warga saat berangkat dan pulang kerja di PT KAI.”

Bagaimana tanggapan PT KAI? EVP of Corporate Secretary PT KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterangannya, Senin, 14 Agustus 2023, menjelaskan seperti ini.

”Kami siap bekerja sama dengan pihak berwenang terkait penangkapan karyawan PT KAI itu. PT KAI tidak menoleransi tindakan yang bertentangan dengan hukum, terlebih kasus terorisme. Manajemen KAI akan menindak secara tegas karyawannya jika terbukti terlibat kasus terorisme.”

BACA JUGA:Teroris Dibekuk, Keluarga Korban Disantuni

BACA JUGA:Taliban Tewaskan Pimpinan ISIS Afghanistan

Dilanjut: ”KAI berkomitmen untuk turut memberantas kejahatan terorisme di lingkungan perusahaan dengan terus mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas dan nasionalisme, serta melakukan peningkatan pengawasan oleh fungsi terkait.” 

Ternyata teroris masih ada. Sepanjang tahun ini, sepuluh terduga teroris di Indonesia sudah ditangkap Densus 88 Polri. Termasuk Dananjaya. Tidak satu pun salah tangkap. 

Mengapa orang bisa jadi teroris? Sudah banyak diulas para pakar, termasuk diungkap mantan teroris. Umumnya karena pemahaman agama yang salah. Atau pengaruh indoktrinasi oleh pencetak teroris. 

BACA JUGA:Teroris Basri Ikrar NKRI, Analisis Deradikalisasi

BACA JUGA:Dari Luar Dituduh Teroris, Di Dalam Perang Suku

Dikutip dari Frontiers in Psychology, 7 Januari 2021, berjudul Why People Enter and Embrace Violent Groups? hasil riset para ahli psikologi, kriminologi, dan terorisme, ada dua jalur orang bisa jadi teroris.

Pertama, kepatuhan. Itu terjadi ketika individu dipaksa (bisa melalui indoktrinasi atau lainnya) untuk bergabung oleh agen berpengaruh yang kuat. Bisa guru atau orang yang dituakan. Kemudian, individu itu terpaksa bergabung, akhirnya patuh pada perintah ketua kelompok.

Kedua, internalisasi. Itu terjadi ketika individu bergabung karena konvergensi yang dirasakan antara diri dan kelompok yang akan ia masuki. Jenis tersebut tanpa paksaan. Sebaliknya, individu kagum pada kelompok (teroris) yang ia masuki.

Mengapa individu kagum? Karena sebagai pelarian dari problem psikologis individu itu sendiri. Problemnya beragam. Intinya, ia merasa kurang dihargai orang lain. Penyebab ia kurang dihargai sangat variatif. Bisa karena kelemahan internal diri. Bisa juga karena merasa terancam oleh orang atau pihak lain.

Individu jenis itu merasa, jika bergabung dengan kelompok, ia merasa bagian dari kelompok yang ia banggakan. Dengan begitu, ia merasa tidak bisa lagi direndahkan orang lain. 

Ia merasa sudah berubah jadi individu yang dihormati di dalam kelompok, disambut dengan kegembiraan. Sebaliknya, di luar kelompok, ia ditakuti karena kelompok itu memang menakutkan buat masyarakat di luar kelompok.

Kategori :