Hingga tiba-tiba temannya rekan jurnalis, Syahruddin muncul di kantor radio Hoso Kyoko. Ia datang membawa sepucuk surat dari Adam Malik menyerahkan kepada Jusuf Ronodipuro.
Setelah dibuka, surat itu ternyata berisi coretan teks proklamasi yang baru saja dibacakan Soekarno-Hatta.
Jusuf Ronodipuro pun segera paham bahwa ia diberikan tugas untuk menyiarkan proklamasi kemerdekaan RI melalui radio.
Pada momen tersebut, ia mendapatkan kesempatan luar biasa untuk turut serta dalam momen penting bagi bangsa Indonesia.
BACA JUGA:Alot! Perjuangan Para Wartawan Menyebarkan Berita Proklamasi Kemerdekaan ke Warga Surabaya
Bersama sejumlah rekan, Jusuf Ronodipuro menyelinap ke studio yang biasa digunakan untuk menyiarkan berita-berita luar negeri tapi sudah tidak terpakai untuk melakukan proses rekaman pidato proklamasi kemerdekaan.
Ia membacakan teks proklamasi dalam bahasa Inggris, sehingga radio-radio di negara lain, seperti Singapura, Inggris, dan Amerika turut meneruskan siaran tersebut.
Proklamasi ini menandai kelahiran Republik Indonesia yang merdeka dari cengkeraman penjajahan Belanda dan Jepang.
Hingga akhirnya, ketika mengingat perjuangan tersebut, hati Soekarno luluh. Lalu ia bersedia merekam suara pembacaan teks proklamasi agar bisa didengarkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Master rekaman tersebut disimpan dalam piringan hitam itu kemudian dikirim ke Lokananta di Surakarta, untuk digandakan dan disebar ke seluruh Indonesia. Dokumen penting tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Lokananta.
Itulah mengapa jika didengarkan dengan seksama, suara Soekarno saat membacakan teks proklamasi relatif bersih tanpa ada suara latar apapun.
Sebagai seorang saksi hidup sejarah, Jusuf Ronodipuro telah dengan murah hati membagikan pengalaman dan kisahnya kepada generasi muda dan masyarakat luas.
Ia tidak hanya merupakan teknisi di balik peralatan, melainkan juga penjaga amanat sejarah bangsa. Dedikasinya tak hanya terletak pada aspek teknis rekaman, melainkan juga dalam memastikan bahwa momen bersejarah ini terus dikenang, dihormati, dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Bangsa Indonesia berterima kasih atas dedikasinya dan dengan rendah hati memperingati kontribusinya sebagai saksi hidup sejarah yang turut menyaksikan dan membantu merekam detik-detik bersejarah menuju kemerdekaan.(Nela Erdianti)