Jumat, 18 Agustus 2023, Lucy Letby dinyatakan bersalah oleh pengadilan Manchester Crown Court di kawasan utara Inggris. Kejahatan perempuan 33 tahun itu mengerikan: membunuh tujuh bayi yang ditanganinya. Letby pun menjadi pembunuh anak-anak berantai terbanyak di Inggris.
TRAGEDI gelap itu menaungi Countess of Chester Hospital, Inggris, antara Juni 2015-Juni 2016. Dalam rentang setahun, ada kejadian ’’aneh’’. Tujuh bayi meninggal. Sementara enam lagi mendadak mengalami kasus medis serius. Penyelidikan pun digelar. Akhirnya, ada tanda yang muncul: semua kasus itu terjadi ketika Letby sedang menjalankan sif pekerjaannya. Menurut jaksa, kejahatan Letby sangat sadis. Perawat itu menggunakan metode pembunuhan yang sedikit sekali meninggalkan jejak. Dia menyuntikkan udara ke pembuluh darah dan perut korban, meracuni dengan insulin, atau sengaja memberi minum yang berlebihan. BACA JUGA : Kebakaran Hutan Dahsyat Melanda Kanada, Puluhan Ribu Warga Terancam Tentu saja, Letby menolak tudingan tersebut. Bahkan, dia memanipulasi rekan kerjanya agar percaya bahwa bayi-bayi tersebut sekadar apes. ’’Berkali-kali terdakwa beraksi di dalam lingkungan yang seharusnya aman bagi bayi. Ini adalah pengkhianatan besar pada kepercayaan yang sudah diberikan kepada terdakwa. Di tangannya, bahan-bahan tidak berbahaya seperti udara, susu, sampai obat, bisa menjadi mematikan,’’ ucap Pascale Jones, jaksa senior yang bertugas dalam kasus Letby. Kasus Letby memang sangat panjang. Dia sudah menjalani sidang sejak Oktober 2022. Sebelumnya dia sempat dua kali ditangkap. Pada 2018 dan 2019. Tetapi, polisi melepaskan Letby karena belum cukup bukti. Polisi tidak ingin cuma meneliti rumah sakit Countess of Chester. Aparat juga menyelidiki Liverpool Women’s Hospital tempat kerja Letby sebelumnya. Tercatat, selama bekerja di dua rumah sakit itu pada 2012-2016, Letby bertanggung jawab pada 4 ribu bayi.WAJAH LUCY LETBY ketika kali pertama menerima polisi yang akan menangkapnya di Manchester, 3 Juli 2018.-CHESTER CONSTABULARY VIA AFP- Akhirnya, Letby benar-benar ditahan pada 2020 saat penangkapan ketiga. Dan di situlah kengerian demi kengerian diungkap di dalam sidang. Korban terakhir Letby adalah dua dari tiga bayi kembar. Mereka disebut sebagai Baby O dan Baby P. Baby O meninggal begitu Letby kembali bekerja setelah liburan di Ibiza, Spanyol, pada Juni 2016. Sedangkan Baby P meninggal sehari setelah kembarannya. BACA JUGA : Waspada, Korea Selatan Terkena ’’Wabah Penusukan Massal’’ Rupanya, Baby O diberi suntikan udara ke pembuluh darah. Sedangkan Baby P dianiaya sampai mengalami pendarahan. Sang ibu masih mengingat momen kematian dua anak kembarnya itu. ’’Bayi saya tiba-tiba menangis saat dirawat di ICU. Tapi,… itu bukan tangisan. Lebih tepat disebut sebagai jeritan…” kata ibu tersebut. Jaksa menuding Letby sebagai orang yang tidak bisa mengontrol diri. ’’Terdakwa merasa menjadi Tuhan,’’ ujar penuntut.
BUKU CATATAN Lucy Letby yang didalamnya berisi kalimat-kalimat penyesalan dan kutukan pada diri sendiri.-CHESTER CONSTABULARY VIA AFP- Saat penyelidikan, polisi menemukan beberapa catatan di rumah Letby. Isinya semacam penyesalan. ’’Aku memang iblis. Aku tidak berhak hidup. Aku membunuh mereka karena tidak mampu merawat mereka dengan baik. Sungguh, aku iblis yang jahat. Aku iblis karena melakukan ini semua,’’ tulis Letby dalam buku hariannya. Letby mengaku bahwa tulisan itu dibuat karena dia dipindah ke bagian administratif setelah kematian dua anak kembar tersebut. Tentu saja, tim pengacara berupaya keras meringankan hukuman Letby. Ben Myers, salah seorang pengacara, mengatakan bahwa Letby adalah pekerja keras yang sangat berkomitmen pada pekerjaan. ’’Terdakwa sangat mencintai pekerjaannya,’’ kata Myers di depan juri. BACA JUGA : Kebakaran Hawaii Tewaskan 93 Orang, Terburuk dalam Sejarah Amerika Letby juga bilang bahwa dia adalah korban empat dokter senior. Para dokter itu menekan Letby agar mengaku sebagai pembunuh untuk menutupi kesalahan rumah sakit. Apa pun, bukti-bukti memang menunjukkan bahwa Letby bersalah. Dia tinggal menunggu vonis yang rencananya dibacakan pada Senin, 21 Agustus 2023. Keluarga korban juga menyambut baik. Mereka membentang tulisan di depan pengadilan: keadilan berbicara. Tetapi, keadilan itu tetap tidak bisa mengembalikan malaikat-malaikat kecil mereka yang dijagal oleh iblis berkedok perawat itu… (Muhammad Kamal Fassa)