SURABAYA, HARIAN DISWAY – Perupa Surabaya, Virgorina Hendrianti, menggelar pameran lukisan tunggal bertajuk Dua Sisi.
Dalam pembukaan pameran yang berlangsung di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda, pada Jumat malam 25 Agustus 2023, Virgorina melakukan aksi performance art. Yakni melukis langsung dengan media gerak. Diiringi kelompok musik Amadeus Enterprises.
Kain kanvas hitam dipajang di halaman depan Balai Pemuda. Para musisi Amadeus Enterprises bersiap dengan instrumennya masing-masing.
BACA JUGA: Kontrasnya Dua Sisi Hence Virgorina yang Tertuang dalam Pameran Lukisan Dua Sisi
Patrisna May Widuri, komposer, menghadap keyboard. Dia memandu pemain cello dan biola. ''Schindler's List,'' dia berbisik.
Komposisi karya John Williams itu mengalun. Diiringi musik, penari Chendra Yunita bergerak dengan gemulai. Lembut seperti tarian balet. Dengan ekspresi yang begitu menyayat. Di sela tarian itu, redaktur Harian Disway Heti Palestina Yunani membaca puisi karya dia.
Performance penari Chendra Yunita dalam pembukaan pameran lukisan -Sahirol Layeli-
BACA JUGA: Resmi Dibuka! Pameran Lukisan Mural 30 Meter Karya 19 Seniman di Suites Hotel Surabaya
BACA JUGA: Menengok Pameran Lukisan Merengkuh Jiwa di Balai Pemuda Karya Webeech dan Tar
Amadeus Enterprises spontan mengubah komposisi. Mereka membawakan O Canto do Cisne Negro karya Heitor Villa-Lobos.
Usai pembacaan puisi itu, Chendra muncul kembali. Kali ini tariannya riang, sembari membawa dua tongkat pita yang menjulur indah.
Virgorina masuk dan menghadap bidang kanvas. Pelukis yang akrab disapa Hence itu mengambil cat putih, kemudian menggoreskannya menggunakan valet. Naik-turun, diagonal, vertikal, horizontal. Semua dilakukan secara spontan.
BACA JUGA: Pameran Lukisan Di Antara Hujan, Maknai Ingatan Silam
Cat hijau ditambahkan di beberapa titik. Kemudian hitam. Langkah terakhir, dia menambahkan aksen orange.
Karya abstrak ekspresif dari citraan gerak itu diiringi oleh lagu Golden Hour milik JVKE.
Sang penari menutup penampilan dengan gerakan melingkar dengan dua tongkatnya. Sehingga pita yang tersemat itu membentuk visual lingkaran yang terus berputar. Seakan tak putus.
BACA JUGA: Bincang Bareng Kurator dan Penulis Mikke Susanto: Surabaya Periphery Batas Luar Karya Seni Rupa
BACA JUGA: Wantiyo ingin Lestarikan Seni Tradisi lewat Seni Rupa
Hence menyebut bahwa karya dia dibuat secara spontan dengan mengamati sekilas pergerakan penari. Namun, seperti halnya gaya abstrak ekspresionisme, bukan figur atau objek yang ditampilkan. Melainkan emosi dari dalam diri Hence sendiri.
Secara tersirat, dengan pilihan warna dan model goresan spontan, Hence menunjukkan ekspresi bahagianya. Dia akhirnya bisa berpameran tunggal setelah tujuh tahun menekuni dunia seni rupa.
''Ya, bisa berkumpul dengan kawan-kawan, bisa berpentas dan melukis secara langsung. Saya tak bisa berkata-kata,'' tutur ibu dua anak itu.
Hence Virgorina (tiga dari kiri) bersama para penampil dalam pameran tunggal karyanya bertajuk -Sahirol Layeli-
Dalam pameran Dua Sisi, Hence memajang 11 karya. Sebanyak delapan di antaranya adalah karya terbaru.
BACA JUGA:Wawali Pasuruan Kagumi Karya-Karya Seni Anak-Anak di Pameran
BACA JUGA:Chairil Anwar di Balik Lukisan Affandi
Dua Sisi bagi Hence merepresentasikan dirinya. Antara pengalaman lalu dan kehidupan masa kini. Juga antara femininitas dan maskulinitas yang ada pada dirinya.
Semua membawa Hence pada perspektif baru. Bahwa dua sisi membuat dirinya tampil dengan semangat baru dalam menjalani hidup. ''Saya menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan mampu mengerti apa sebenarnya tujuan hidup ini,'' jelas dia.
Itu semua ditunjukkan pada karya-karya ekspresifnya. Objek city scape dan human interest dalam pandangan ekspresionisme bukan mencitrakan visual secara realis. Tapi lebih pada faktor emosional atau kedirian perupa itu sendiri. (*)