Dengan saling berkolaborasi, dapat dilakukan investigasi kontak pada 300.000 populasi berisiko tinggi dan membentuk Pasukan TBC untuk memantau pasien yang seringkali mangkir dari pemeriksaan.
“Indonesia mendorong inovasi dalam diagnostik TBC, kami meningkatkan surveilans TBC. Serta menggunakan 3 jenis diagnostik berbasis PCR dengan memanfaatkan lebih dari 1.000 laboratorium BSL-2 yang sebelumnya didedikasikan untuk Covid-19.” imbuh Menkes Budi.
Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara pertama di Asia yang menerapkan pengobatan BPaL dan BPaLM untuk TBC yang resisten terhadap obat secara nasional.
BACA JUGA: Menkes Ajak Ibu-Ibu TP PKK Tingkatkan Masyarakat yang Sehat Dimulai dari Lingkungan Keluarga
Bedaquiline, pretomanid, dan linezolid (BPaL) adalah pengobatan TBC yang memiliki tingkat efektivitas hingga 90 persen dengan durasi pengobatan hanya enam bulan.
Lebih singkat dari pengobatan tuberkulosis resisten obat (TBC RO) yang sering diterapkan pasien TBC.
“Dengan begitu, cara ini dapat signifikan mengurangi durasi pengobatan, dan meningkatkan hasil pengobatan pada pasien yang resisten terhadap obat,” lanjut Menkes Budi memperjelas.
Tak hanya itu, ada kontribusi aktif Indonesia pada tiga uji klinis vaksin baru TBC. Berbagai macam lembaga diajak kerja sama oleh Indonesia.
Mulai dari Bill & Melinda Gates Foundation dan GlaxoSmithKline untuk uji klinis fase 3 vaksin protein rekombinan.
Lalu bersama BioNTech dan Biofarma untuk uji klinis fase 1 vaksin mRNA. Terakhir, bersama CanSinoBio dan Ethane untuk uji klinis fase 1 vaksin berbasis virus-vektor.
Dalam tingkat global, Indonesia berkolaborasi bersama Nigeria, Filipina, dan Polandia menginisiasi terbentuknya aliansi negara yg memperjuangkan investasi global untuk inovasi.
Indonesia berharap dari kerja sama itu dapat ditemukan alat yang lebih efektif, setara dan terjangkau dengan teknologi terbarukan untuk atas TBC.
Selain itu, bekerja sama dengan Brazil duduk sebagai Co Chair pada Dewan Akselerator Vaksin TBC WHO.
Yang tidak dilewatkan, Indonesia turut bekerja sama dengan Komunitas TB global di 11 negara untuk berpartisipasi dalam Koalisi Pemimpin untuk mengakhiri TBC. (Wehernius Irfon)