JAKARTA, HARIAN DISWAY - Upaya penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa wilayah mengalami kesulitan akibat cuaca panas dan kekeringan yang terus berlangsung.
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kemungkinan masih akan terus berlangsung selama potensi kekeringan belum mereda. Tercatat berbagai kejadian Karhutla di beberapa tempat di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
Di Jawa sendiri, kebakaran menghantui vegetasi lereng-lereng pegunungan. Tercatat kebakaran telah terjadi di lereng Gunung Arjuno, Gunung Ciremai, Gunung Bromo, Gunung Lawu, Gunung Jayanti, dan beberapa kawasan hutan. Sementara di Bali, kebakaran melanda Gunung Agung di Karangasem.
BACA JUGA:Malaysia Komplain Asap Karhutla Indonesia, Ini Kata BNPB...
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi (Kapusdatinkom) Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan, kondisi kekeringan ini juga masih akan berlanjut di awal Oktober 2023 hingga setidaknya satu minggu kedepan.
"Sehingga kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk mengendalikan dan mencegah karhutla itu sendiri," kata Muhari lewat siaran resmi BNPB Senin, 2 Oktober 2023.
Pria yang akrab disapa Aam ini menjelaskan, kesiapsiagaan utamanya harus dimiliki oleh Satgas Pengendalian Karhutla yang ada di daerah. "Kesiapsiagaan sangat penting karena kalau kita terlambat melakukan respon awal itu eskalasinya bisa sangat luas," ungkapnya.
Dalam dua minggu terakhir, BNPB mencatat total 56 laporan kejadian bencana yang terdiri dari :
Kebakaran Hutan dan Lahan sebanyak 36 laporan (68%)
Kekeringan (12,21%)
Cuaca Ekstrem (7%)
Banjir (2,4%)
Jika dilihat dari distribusinya, menurut Aam, karhutla hampir terjadi di seluruh tempat dan kondisi kekeringan yang dominan di pulau Jawa dan Bali.
Karhutla sendiri terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, Sumatra yang terjadi di bagian selatan, dan Jawa yang tersebar merata termasuk di Jawa Tengah yang baru-baru terjadi kebakaran di kawasan lereng Gunung Lawu seluas 200 hektar.
BACA JUGA:Asap Karhutla di Indonesia Memekat, Tapi Tidak Ada yang Menyeberang ke Malaysia
"Kami baru saja menerima permintaan dukungan untuk deploy water bombing dari KHLK supaya upaya pemadaman dari kebakaran yang terjadi di lereng gunung ini bisa lebih cepat. Area yang masih terbakar ini akan kita prioritaskan sehingga bisa kita kendalikan." katanya.
Karhutla terjadi umumnya pada daerah tropis di bawah garis ekuator, sementara daerah atas garis ekuator masih terpapar oleh curah hujan sehingga durasi karhutla yang terjadi relatif singkat, termasuk area Kalimantan.
Abdul mengatakan dari periode 25-30 September 2023,wilayah di atas garis ekuator itu memiliki intensitas hujan yang sangat tinggi seperti di Jambi dan Riau yang terpapar awan hujan yang cukup sering sehingga upaya pengendalian Karhutla terkendali dengan baik.
Mengacu pada kondisi kekeringan yang masih terus berlangsung di awal Oktober 2023 ini, ia mengungkapkan bahwa pentingnya kesiapsiagaan dari seluruh pihak yang berkepentingan. Ia juga meminta masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi kekeringan saat ini. (Salsa Amalia)