HARIAN DISWAY - Israel dilaporkan kembali melancarkan ultimatum pada warga Jalur Gaza untuk segera meninggalkan wilayah Gaza sebelah utara menuju ke selatan.
Peringatan tersebut diterima oleh warga Gaza pada Minggu, 22 Oktober 2023. Bahkan, pihak Israel Defense Forces (IDF) menegaskan bahwa jika mereka tidak mau meninggalkan wilayah tersebut, secara otomatis warga sipil tersebut akan di cap sebagai bagian dari anggota teroris.
Sejak hari Sabtu 21 Oktober 2023, pengumuman untuk pindah tersebut disampaikan dalam secarik kertas yang lengkap dengan identitas dan logo Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Pengumuman tersebut juga diberikan kepada warga lain melalui pesan suara yang dapat diakses dengan ponsel, yang dikirim ke seluruh wilayah di Jalur Gaza.
Sebuah masjid di Jaklur Gaza hancur terkena serangan udara Israel-screenshot/YouTube-
BACA JUGA:Pasukan Israel Defense Forces Sergap Wakil Pemimpin Hamas Saleh Al-Aruri di Tepi Barat Palestina
"Bagi warga Gaza. Anda sama hal nya membahayakan kehidupan anda sendiri dengan tetap tinggal di Gaza bagian utara. Teruntuk siapapun yang bersikeras tidak mau meninggalkan wilayah tersebut, dianggap terafiliasi dengan organisasi teroris," dikutip dari selebaran itu.
Militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak ingin mengecap warga Gaza yang belum dievakuasi tersebut sebagai anggota kelompok teroris. Mereka juga menambahkan bahwa serangan yang dilancarkan Israel itu sama sekali tidak menargetkan warga sipil.
BACA JUGA:Makin tak Terkendali! Kamp Pengungsian Gaza dan Masjid Al-Ansar jadi Target Serangan Udara Israel
Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Gaza terkena serangan roket--
“Untuk mengurangi dampak kerugian yang akan dirasakan oleh warga sipil, tentara militer Israel (IDF) memutuskan untuk mengumumkan pemberitahuan kepada seluruh penduduk di wilayah utara Jalur Gaza untuk mengungsi ke arah selatan Gaza,” ungkapnya.
Namun sebelum pemberitahuan resmi ini diumumkan, Israel pada Jumat 13 Oktober telah lebih dulu mendesak 1.1 juta warga Palestina agar pindah ke wilayah selatan.
Bedanya pada saat itu mereka (warga Palestina) tidak diberitahu bahwa mereka dapat dianggap sebagai kaki kanan kelompok teroris jika tidak mengindahkan perintah tersebut.
Warga Gaza juga merasa perjalanan ke selatan akan sangat berisiko di tengah serangan udara yang masif. Apalagi wilayah selatan tersebut juga sangat rawan terkena serangan udara Israel.