Namun, penyedia telekomunikasi Paltel menyampaikan bahwa serangan udara Israel kembali melumpuhkan layanan internet dan telepon di Gaza.
Dampak dari pemadaman listrik yang memutus akses komunikasi itu sangat menghambat operasi penyelamatan korban serangan Israel.
BACA JUGA:Turki Siap Umumkan Israel sebagai Penjahat Perang
Di lain pihak, Brigade al-Qassam Hamas mengatakan bahwa mereka telah menargetkan penyeberangan Beit Hanoon, yang dikenal sebagai Erez di Israel, dengan peluru dan roket.
Hamas mengatakan bahwa kelompok militannya telah menembakkan mortar terhadap pasukan Israel di Gaza Utara termasuk menyerang tank Israel dengan rudal.
Tank Israel di Jalur Gaza, dilihat dari sisi perbatasan Israel, pada Minggu, 29 Oktober 2023. -Erik Marmor-Flash90
“Israel memisahkan kami dari dunia luar untuk memusnahkan kami, namun kami mendengar suara ledakan dan kami bangga para pejuang perlawanan telah menghentikan mereka dari jarak beberapa meter,” kata Shaban Ahmed, seorang pegawai negeri yang tinggal di Kota Gaza.
Tank Israel di Jalur Gaza, dilihat dari sisi perbatasan Israel, pada Minggu, 29 Oktober 2023. -Erik Marmor-Flash90
Invasi darat tersebut terus berlanjut hingga keesokan harinya. Warga Palestina di Gaza Utara melaporkan bahwa telah terjadi serangan udara dan artileri yang sengit pada Senin, 30 Oktober 2023 pagi waktu setempat.
Dilansir dari Reuters, media Palestina melaporkan bahwa terdapat serangan udara dari pasukan Israel yang menghantam daerah dekat rumah sakit Shifa dan Al-Quds di Gaza.
Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, Dr Subhi Sukeyk mengatakan bahwa serangan Israel tersebut juga menyebabkan “kerusakan signifikan” pada fasilitasnya, dilansir dari Al Jazeera,.
Rumah sakit ini adalah satu-satunya rumah sakit yang mampu menangani penyakit kanker di Gaza.
BACA JUGA:Elon Musk Turun Tangan Salurkan Akses Starlink di Gaza, Israel Meradang
Di sisi lain, Amerika Serikat mengatakan bahwa Israel telah melakukan serangan darat yang terbatas di Gaza Utara agar tidak membahayakan sandera yang ditawan oleh Hamas, kata seorang pejabat AS kepada The Times of Israel.
Selain itu, Pejabat AS tersebut juga mengatakan bahwa terdapat keraguan dalam pemerintahan Amerika Serikat terhadap rencana Israel yang lebih luas sejak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum mengatakan siapa yang akan memerintah Gaza setelah Israel berhasil melenyapkan Hamas.(*)