Sebagai perbandingan, serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman, yang didukung oleh AS, menewaskan lebih dari 20.000 orang.
Namun, tingkat risiko yang dihadapi Israel akibat serangan Houthi masih menjadi pertanyaan yang belum terpecahkan.
BACA JUGA:Robert Halfon: Warga Inggris yang Terjebak dan Tidak Diizinkan Bebas Sama dengan Penyanderaan Hamas
Kelompok Houthi, yang secara resmi dikenal sebagai Ansar Allah, memiliki kekuatan militer yang telah berkembang sejak awal konflik di Yaman pada tahun 2014.
Meskipun awalnya mereka merupakan kelompok pemberontak lokal di wilayah utara Yaman, mereka telah mengalami pertumbuhan signifikan dan peningkatan kapabilitas militer dengan dukungan Iran. Berikut adalah beberapa aspek kekuatan militer Houthi:
1. Personel dan Rekrutmen:
Houthi memiliki jumlah pasukan yang signifikan, terutama setelah mereka menggabungkan pasukan dengan elemen loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada tahun 2017. Diperkirakan mereka memiliki 75 ribu pasukan.
Pasukan ini melibatkan anggota militer yang loyal kepada rezim Houthi, termasuk tentara, pasukan keamanan, dan sukarelawan.
2. Senjata Konvensional:
Houthi memiliki akses kepada berbagai jenis senjata konvensional, termasuk senapan serbu, artileri ringan, dan rudal jarak pendek. Mereka juga menggunakan ranjau darat dan senjata anti-tank dalam operasi mereka.
Kelompok Houthi di Yaman serang Israel.-Khaleed Abdullah/Reuters-
3. Rudal dan Drone:
Salah satu peningkatan terbesar dalam kemampuan militer Houthi adalah penggunaan rudal balistik dan drone.
Mereka telah meluncurkan rudal dan drone ke wilayah Arab Saudi dan juga mengklaim serangan terhadap target-target di dalam Yaman.
Beberapa rudal yang mereka miliki memiliki jangkauan yang cukup untuk mencapai target di Arab Saudi.