Waspadai Krisis Identitas Mahasiswa Masa Emerging Adult

Kamis 23-11-2023,17:37 WIB
Oleh: Dewi Retno Suminar*

KASUS bunuh diri mahasiswa tidak hanya terjadi di satu universitas seperti yang diberitakan baru-baru ini. Namun, ada pula mahasiswa di beberapa universitas lainnya. Tak tanggung-tanggung, di universitas nomor satu di Indonesia juga ada mahasiswa yang melakukan bunuh diri. 

Melihat fenomena bunuh diri atau kasus-kasus lainnya seperti stres berat, depresi, dan perilaku menyakiti diri (self-harm)  yang makin banyak ini, diperlukan kewaspadaan mental diri mahasiswa yang ditengarai adanya krisis identitas. 

Berdasar psikologi perkembangan, mahasiswa berada dalam fase perkembangan meninggalkan remaja, tetapi belum masuk ke fase perkembangan dewasa awal. Arnett (2014) menyebut fase itu sebagai fase emerging adult.  

BACA JUGA: Ada Surat Wasiat di Kantong Celana Mayat Mahasiswi Kedokteran Hewan Unair, Benarkah Bunuh Diri?

BACA JUGA: Aksi Heroik Polisi Selamatkan Laki-laki yang Bunuh Diri di Jembatan Semampir Kota Kediri

Menariknya, kajian fase perkembangan tersebut baru muncul pada 2000-an, ketika makin maraknya tuntutan pendidikan pada generasi muda. Perpanjangan fase pendidikan ke jenjang sarjana seharusnya diimbangi dengan stimulasi penguatan mental diri. 

Emerging adult dapat didefinisikan sebagai tahap hidup ”di antara” (in-between) yang terjadi pada kurang lebih rentang umur 18 sampai 25 tahun, saat seseorang yang masih muda sudah menjadi orang dewasa yang sah secara hukum, tetapi masih belum menetap di berbagai aspek, eksploratif, dan secara relatif  masih bebas dari komitmen jangka panjang. Mahasiswa berada dalam tahap usia itu.

Terdapat lima atribut  khas di masa emerging adult itu. Yaitu, eksplorasi identitas (identity exploration), ketidakstabilan (instability), fokus terhadap diri sendiri (self-focused), perasaan di antara (feeling in-between), dan masa dengan berbagai kemungkinan (age of possibilities).  

BACA JUGA: Perkuat Dugaan Mahasiswi FKH Unair Bunuh Diri, Ini Isi Surat Untuk Ibu dan Dua Saudaranya

Eksplorasi identitas itu berbeda dengan pencarian identitas masa remaja. Krisis identitas masa emerging adult lebih terasa menakutkan dan membingungkan karena tidak bisa membuat pilihan tentang karier, hubungan romantis/percintaan, pekerjaan yang akan diraih, serta akan hidup dan tinggal di mana nantinya.  

Segudang ”kegalauan” itu menjadi bom waktu ketika tidak ada dukungan khususnya dari lingkungan terdekat. Berbeda dengan fase perkembangan remaja yang mengeksplorasi pencapaian identitas dirinya lebih keluar dan ekspresif, krisis identitas masa emerging adult bersifat lebih mengarah ke dalam. 

Perasaan sudah tidak remaja dan belum sepenuhnya dewasa (feeling in-between) menjadikan mahasiswa fase emerging adult memendam rasa dan persoalan ke dalam diri. Mahasiswa memiliki  kemauan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi karena ada tekanan/kewajiban sosial yang menganggap mahasiswa sudah dewasa. 

BACA JUGA: Mengenal Copycat Suicide Behavior, Bunuh Diri Karena Meniru Orang Lain

Di sisi lain, mahasiswa sebenarnya memiliki gejolak dalam diri, yakni tentang ketakutan akan kegagalan. Penelitian terbaru tentang fase emerging adult itu sering dikaitkan dengan kesehatan mental. 

Tekanan ketakutan akan kegagalan dalam karier, cinta, dan tempat tinggal nantinya menjadikan tingkat stres pada mahasiswa meningkat. Banyak mahasiswa, walaupun sudah menekuni bidang ilmu tertentu atau profesi tertentu, tetap belum yakin akan bekerja sebagai apa dan di mana. 

Kategori :