BACA JUGA: Mata Najwa on Stage Kunjungi Surabaya: Bahas Budaya Bareng Sandiaga Uno dan Bayu Skak
Orang yang superior akan terus melakukan ekspansi. Sedangkan mereka yang inferior, akan terus menjadi follower. Ia mencontohkan pengalamannya ketika ditolak empat rumah produksi saat mengirim naskah film berbahasa Jawa Timuran.
Itu terjadi pada saat ia baru mengembangkan Yowis Ben. Dengan konsep matang dan cerita menarik, ia sulit mendapatkan studio yang mau memproduksi film itu. Alasannya karena filmnya menggunakan bahasa daerah. Tepatnya bahasa Jawa Timuran.
"Akhirnya, naskah-naskah saya direalisasikan rumah produksi Starvision. Hasilnya, booming. Padahal, dulu ditolak berbagai production house dengan alasan bakal kurang laku jika berbahasa Jawa Timuran," kenangnya.
BACA JUGA: Ngobrol dengan Pemain Yowis Ben 3, Bayu Skak Tak Menutup Kemungkinan Sekuel
Baginya, saat ini adalah era perlombaan karya kreatif.
"Karya kreatif adalah lokomotif kemajuan bidang lainnya. Seperti smartphone Samsung dari Korea. Dulu dianggap nomor dua. Kini, bisa bersaing dengan Apple. Nilainya terkerek berkat orang Korea yang punya pride terhadap budayanya sendiri: K-pop," ujarnya.
TEDx Universitas Airlangga merupakan acara tahunan yang menyatukan para pemikir dan tokoh kreatif terkemuka untuk berbagi gagasan penting dalam disiplin apa pun. Seperti teknologi, hiburan, desain, sains, humaniora, bisnis, dan lain-lain.
Gelaran TEDx tahun ini menghadirkan berbagai narasumber tokoh kreatif. Selain Asisi dan Bayu, ada Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Enrique Owen, Afrizal Naufal Ghani, Stephen NG, Nabila Putri Siswandini, dan Debby Reynata. (*)