Aroma Lokal Meriahkan Pentas Sastra dan Peluncuran Buku di Midtown Hotel Surabaya

Minggu 10-12-2023,07:43 WIB
Reporter : Salma Dhiya Ulhaq
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Pada 9 Desember 2023, Townhall Restaurant, Hotel Midtown Surabaya menyuguhkan Pentas Sastra dan Peluncuran Buku. Sebuah hadiah istimewa diberikan untuk Surabaya dalam bentuk antologi cerpen berjudul Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek.

  Inisiatif ini muncul sebagai hasil dari sayembara cerpen bertema Surabaya dalam Nafasku sebagai sebuah cara untuk merayakan kelahiran kota ini yang biasa diperingati pada 31 Mei.   Padmedia Publisher, sebagai penerbit buku tersebut, memberikan langkah besar dalam memberikan apresiasi pada karya-karya sastra lokal. "Pentas Sastra dan Peluncuran Buku tidak hanya menjadi perayaan sukses karya, tetapi juga membawa suasana lokal yang kental," katanya.   BACA JUGA: Menyusuri Kisah Arek Suroboyo dalam Antologi Cerpen Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek

Senada dengan itu, General Manager Midtown Hotel Surabaya Nurvedi Eko Hadi mengungkapkan bahwa meskipun berada di tengah kota, hotelnya mengusung konsep Your Local Discovery. "Inilah yang membuat hotel kami menjadi tempat yang sangat ideal untuk acara ini," kata Vedi, panggilannya.

Memang sejak dibuka, acara tersebut menampilkan karya-karya sastra antologi cerpen dengan cara yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Beberapa karya sastra tersebut dialihwahanakan dalam berbagai bentuk; ada teatrikal cerpen, musikalisasi, hingga ludruk.   Heru Dharma, seniman yang suka mengekspresikan diri dengan bernyanyi sembari menggenjreng ukulelenya. Ia memberikan sentuhan musikalisasi pada cerpen Yang Tenggelam di Dasar Kopi Aren karangan Solu Erika Herwanda.   Dengan lagu-lagu yang sudah akrab di telinga sejak lama seperti Kodok Ngorek sampai Ono Rondo, ia membiarkan aroma kopi menyelimuti ruangan, menciptakan nuansa mendalam pada setiap kata. 
Penampilan teatrikal cerpen oleh Roodebrug Soerabaia di pentas sastra dan peluncuran buku -Alhamdy Danny Candra-

Penulis antologi cerpen yang hadir pun turut mempersembahkan karya-karya mereka. Lewat puisi Jeratan Mimpi di Tambak Gringsing. Cerpen yang menjadi pemenang dalam sayembara antologi cerpen itu menjadi pemicu bagi Heti Palestina Yunani untuk berkarya.   Jurnalis, penikmat seni, yang berperan sebagai pemandu acara itu, menciptakan puisi 5 bait dengan judul yang sama sebagai apresiasi terhadap karya Gania Hariani. Puisi tersebut dibacakan bergiliran oleh lima penulis antologi cerpen per baitnya.   "Melihat Tambak Gringsing itu, di situ beritanya buruk-buruk semua; yang tersangkut narkoba, pembegalan, perampokan, dan segala macamnya, tapi itu akan termaafkan, karena bagi saya, itu adalah bagian dari Surabaya," ujarnya ketika menjelaskan maksud dari puisi yang dibuat.

Teatrikal cerita pendek Tentang Luka oleh Quina Deshira Fransisca dari Roode Brug Soerabaia,  salah satu komunitas yang aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sejarah di Surabaya pimpinan Ady Setyawan.   Cerpen itu cocok dengan teatrikal yang dibawakan. Dikoordinasi Satrio Sudarso, Roode Brug membawa hadirin ikut serta dalam reminisensi tokoh dalam cerita, ketika dirinya teringat akan usahanya dan para rekan seperjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.   Pembacaan cerpen oleh Ricardo Marbun, seorang penulis dalam antologi, juga menarik perhatian. Ia memilih membawakan karya Yuliani Kumudaswari berjudul Tabebuya.   Menurut Ricardo, ia justru tertarik membacakan cerpen milik penulis yang tinggal di Yogyakarta dengan alasan sesuai dengan keadaaan sekarang. "Saat ini bunga tabebuya sedang mekar indah di sepanjang jalan Surabaya," katanya. 
Penampilan Ludruk Luntas di pentas sastra dan peluncuran buku -Alhamdy Danny Candra-
Acara ditutup dengan penampilan Ludruk Luntas membawakan cerpen Mata Sunyi Benteng Kedung Cowek karya Achakawa, menandai akhir dari acara yang dipenuhi dengan kekayaan sastra dan ekspresi seni lokal.   BACA JUGA: Padmedia Terbitkan Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek sebagai Kado buat Suroboyo   Ludruk pimpinan Robets Bayoned itu mengajak hadirin tergelak ramai dan ikut berperan dalam cerita yang ditampilkan, ada interaksi dua arah dalam penyampaiannya.   "Dengan cara itu, Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek bukan hanya sebuah buku. Melainkan sebuah pengalaman seni yang tak terlupakan, merayakan kekayaan sastra dan identitas lokal Surabaya," tegas Wina, founder Padmedia Publisher. (Salma Dhiya Ulhaq)
Kategori :