Mengenang Suparto Brata, Sastrawan dan Sejarawan

ILUSTRASI Mengenang Suparto Brata, Sastrawan dan Sejarawan -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
SEPTEMBER 2015 –sepuluh tahun lalu– jagat sastra Indonesa (terutama Jawa) dan sejarah, khususnya sejarah Kota Surabaya, kehilangan seorang tokoh yang sepanjang hidupnya mendedikasikan diri pada sastra dan sejarah.
Suparto Brata memiliki keterkaitan penting antara perjalanan hidupnya dan karya-karya yang ditulisnya. Pengalaman hidupnya di zaman kolonial, pendudukan Jepang, dan masa revolusi terekam dengan baik dalam ingatannya.
Ingatan itu pula yang mewarnai sebagian dari karyanya. Novelnya yang berjudul Saksi Mata, misalnya, memiliki latar waktu saat terjadinya pendudukan tentara Jepang di Indonesia.
BACA JUGA:Han Kang, Sastrawan Korea Selatan Pertama Berhasil Raih Nobel Sastra
BACA JUGA:Komposer yang Juga Jurnalis dan Sastrawan
Latar belakang kehidupan seorang tokoh protagonis bernama Kuntara sangat mirip dengan kisah perjalanan hidup Pak Parto. Ia adalah anak seorang bangsawan Solo yang bersama ibunya tinggal di rumah saudara yang memiliki derajat kebangsawanan yang lebih tinggi.
Dengan status seperti itu, ibunya tampak seperti asisten rumah tangga di rumah tersebut. Kuntara dan Suparto Brata juga sama-sama sudah tidak memiliki seorang ayah dan sama-sama dilahirkan di Rumah Sakit Simpang Surabaya.
Satu hal yang sangat menarik dalam diri Suparto Brata dan kemudian memengaruhi sejumlah karyanya adalah kedekatannya dengan ibu.
BACA JUGA:Sejarawan Persebaya Angkat Topi Persebaya Store Buat Jersey SIVB, Jas Merah!
BACA JUGA:Bukan Grha Wismilak, Ini Markas Polisi Istimewa Zaman Pra-Kemerdekaan Menurut Para Sejarawan
Baginya, ibu tidak hanya seorang perempuan yang melahirkan dan membesarkan diri dan saudaranya, tetapi lebih dari itu, ia menjadi inspirasi kepengarangannya.
Hal tersebut, misalnya, tampak dalam novel Saksi Mata, Kremil, dan Donyane Wong Culika. Dalam Saksi Mata (SM), ia mengenang sosok ibunya melalui tokoh wanita bernama Raden Ajeng Kuntarti.
Dalam SM disebutkan bahwa Kuntarti adalah ibu Kuntara yang tinggal bersama di rumah sekretaris bupati Surabaya yang masih memiliki hubungan famili.
Melalui novel SM itu, Suparto Brata mengenang banyak hal tentang ibunya, baik wejangan-wejangan, pitutur-pitutur, maupun yang jauh lebih penting bagaimana kasih sayang yang diberikan ibunya (Untoro, 2015).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: