HARIAN DISWAY - Teh Villa kini lagi tak hanya dikenal sebagai produk teh berkualitas buatan lokal yang populer di pasaran. Sejak 2021 lalu, Teh Villa mulai mengenalkan diri menjadi sebuah nama galeri seni baru yang representatif di Surabaya.
Galeri itu digagas di tengah pandemi Covid-19 yang mewabah. Saat itu kegiatan dan komunitas seni tidak luput terkena dampaknya. Tak hanya itu, banyak karya seni yang mangkrak karena tak banyak ruang pamer yang tersedia.
BACA JUGA: Dialog Patriot Covid-19 Jatim dengan Founder Harian Disway Dahlan Iskan Berbekal rasa empati dan spontanitas itulah Ronald Sitolang menyulap ruang kantornya menjadi sebuah galeri seni. Selain menambah value pada teh produksinya, Ronald ingin membuka ruang baru agar para pelukis dan kehidupan seni rupa di Surabaya bergairah lagi.
Munir Kahar di antara dua karyanya yang dipajang di Teh Villa Gallery dalam pameran bertema Diversity. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-
Begitulah latar belakang singkat pendirian Teh Villa Gallery. Hadir menjadi ruang alternatif yang mewadahi para seniman utamanya pelukis untuk memamerkan karyanya.
Keberadaannya sebagai galeri seni itu dinilai Ronald sebagai hal yang berbeda di antara galeri seni lainnya di Surabaya. Di antaranya karena ia mendirikannya di tengah kawasan industri ternama di Surabaya.
Sengaja demikian agar keberadaannya bisa mewarnai kawasan yang sibuk itu dengan warna-warni karya lukis. Menjadi oase tersendiri di tengah kegiatan bisnis yang sangat dominan.
Tak terasa keberadaan galeri seni itu telah berusia dua tahun. Untuk itu, pada Selasa, 12 Desember 2023, Teh Villa Gallery mengadakan Celebrating 2nd Anniversary Teh Villa Gallery dan Art Exhibition bertajuk Diversity.
BACA JUGA: Pameran Lukisan Di Antara Hujan, Maknai Ingatan Silam Acara itu menandari hari jadi Teh Villa Gallery ini bersamaan dengan hari jadi Teh Villa yang ke-12. Kebetulan juga menjadi pembukaan art exhibition yang ke-12 di galeri seni itu.
Diterangkan Ronald, Diversity digelar untuk memaknai keberagaman. "Ini apresiasi pada keberagaman yang mendalam terhadap beragam bentuk, gaya, teknik, dan makna di balik karya seni yang berasal dari latar belakang budaya, etnis, atau tradisi," paparnya.
Ronald Sitolang, inisiator Teh Villa Gallery memberikan sambutan dalam pembukaan pameran Diversity dan ulang tahun ke-2 galeri yang didirikannya saat pandemi. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY- “Tidak hanya keberagaman budaya Indonesia ya. Tapi tentang kebebasan ide dan karya seni perupa Indonesia yang ada di mana-mana. Dengan media bermacam-macam, kita dapat menikmati dan mengapresiasnya,” ujar inisiator Teh Villa Gallery itu.
BACA JUGA: Catatan dari Pameran Seni Lukis Nasional ”Bias Borneo” (1); Kulturistiwa: Bias Borneo Dalam pembukaan yang berlangsung gayeng, terdengar lantunan merdu lagu-lagu daerah Indonesia yang dibawakan oleh tim paduan suara dari Universitas Negeri Surabaya. Setelah itu peresmian ditandai dengan pemukulan gong dan pemotongan kue.
Suwandi Waeng bersama karyanya yang dipajang dalam pameran bertema Diversity di Teh Villa Gallery. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-
Begitu dibuka, pengunjung disilakan melihat lukisan yang dipajang di dinding galeri. "Ada karya dari 13 pelukis dari berbagai daerah di Indonesia yang kami ajak menerjemahkan tema sekaligus untuk merayakan beberapa momen kali ini ," kata Manager Teh Villa Gallery Amelinda Ayu.
Ke-13 pelukis itu adalah I Nyoman Erawan, Suwandi Waeng, Munir Kahar, I Wayan Redika, I Ketut Tenang, I Nyoman Wayan Sujana "Kenyem", I Putu Sudiana "Bonuz", I Made Gunawan, Gusmen Hariadi, I Ketut Sugantika "Lekung", Tan Maidil, Erianto, dan Woreum.
Buat Ronald, ke-13 perupa itu telah memiliki eksistensi yang mapan di dunia seni rupa. Mereka mampu mengurai arti Diversity dengan luas. Sebagaimana p enegaskan Ronald tentang kekuatan seni yang bisa membawa bumi dan seisinya menjadi lebih hidup.
“Saya pernah mendengar kalimat yang sangat tepat untuk menggambarkan pesan dalam pameran ini, yakni earth without art is just eh. Jadi, bumi tidak akan bisa sehidup ini jikalau tidak ada seni,” tegasnya. (Ananda Mukminah).