Prof. Dr. Rinawati juga menyebutkan BBRL atau bayi lahir prematur adalah salah satu penyebab kematian yang paling banyak 27,6 persen.
“Bayi prematur menjadi penyumbang sepertiga bayi menjadi stunting dan dua per tiga angka kematian bayi, kalau kita mampu mencegah bayi lahir prematur Indonesia akan menjadi sangat pesat,” ungkap Prof. Rinawati.
Dalam momentum yang sama juga, Dr. Johanes Edy yang juga diundang sebagai narasumber menegaskan deteksi dan tata laksana dini faktor risiko selama kehamilan merupakan salah satu kunci pencegahan prematuritas dan BBLR.
“Kementerian Kesehatan telah menetapkan standar pemeriksaan kesehatan selama kehamilan. Setidaknya, ibu harus memeriksakan kehamilannya 6 kali sepanjang masa kehamilan, yaitu 1 kali di trimester pertama, 2 kali di trimester kedua, dan 3 kali di trimester ketiga,” tutur dr. Johanes.
“Pemeriksaan pada trimester pertama dan ketiga perlu dilakukan di dokter agar ibu mendapatkan pemeriksaan secara komprehensif untuk mendeteksi faktor risiko komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan ataupun penyakit penyerta lainnya,” pungkas dr. Johanes. (Wehernius Irfon)