“Ketika Jokowi meninggalkan PDIP dan beralih mendukung Prabowo yang notabene capres dari Gerindra, kekuatan PDIP pun anjlok,” lanjut Alfian.
Selain itu, kata Alfian, naiknya elektabilitas PSI juga dianggap sebagai salah satu faktor dari Jokowi. Masuknya Kaesang Pangarep ke kepengurusan PSI membuat Partai dengan bunga mawar sebagai lambangnya itu mendapat kesempatan untuk memasuki Senayan pada Pemilu kali ini.
“Sebelum Kaesang masuk, kebanyakan lembaga survei masih mencatat elektabilitas PSI di bawah 1 persen, tetapi dalam tiga bulan saja bergerak naik ke kisaran 2-3 persen, dan kini berhasil menembus threshold 4 persen,” jelas Alfian.
BACA JUGA:Prabowo Target Menang 85 Persen di Jambi, Janji Lanjutkan Program Jokowi
Sebagai informasi, parliamentary threshold merupakan ambang batas suara minimal partai politik dalam pemilihan umum untuk dapat lolos ke kursi parlemen. Untuk menembus itu, parpol harus mendapat suara minimal empat persen.
Jika tren elektabilitas dari PSI tersebut dapat terjaga hingga hari pencoblosan, tidak menutup kemungkinan PSI dapat lolos ke Senayan dan menjadi salah satu partai yang menempati kursi parlemen di DPR RI.
Survei JRC dilakukan pada periode 26-31 Desember 2023. Survei ini dilakukan secara tatap muka kepada 1200 responden yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling, dengan margin of error (MoE) sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara itu, hasil dari survei tersebut secara lengkap yaitu;
- - Gerindra 20,5 persen
- - PDIP 17,8 persen
- - Golkar 10,3 persen
- - PKB 7,7 persen
- - Demokrat 5,4 persen
- - PKS 5,1 persen
- - Nasdem 4,8 persen
- - PAN 4,6 persen
- - PSI 4,5 persen
- - PPP 3,0 persen
- - Perindo 1,8 persen
- - Gelora 0,7 persen
- - PBB 0,5 persen
- - Hanura 0,4 persen
- - Ummat 0,2 persen
- - Garuda 0,1 persen
- - PKN 0,1 persen
- - Buruh 0,0 persen, dan;
- - Tidak tahu/tidak jawab 12,6 persen.