Setelah itu, beberapa tahun kemudian, saya mendengar Pak Budi ditunjuk sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Nganjuk. Yang terakhir, saya juga mendapat kabar Pak Budi sempat pula diangkat menjadi Plt sekretaris daerah Kabupaten Nganjuk.
Perjalanan karier Pak Budi di birokrasi pemerintah daerah benar-benar cepat dan melesat bagai anak panah.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (6): Serasa Umrah di Indonesia
Memasuki usia pensiun, Pak Budi saya dengar mencalonkan diri sebagai salah seorang anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang mewakili Provinsi Jawa Timur. Yang menarik, meski bukan politikus yang terbiasa malang melintang di dunia politik, Pak Budi ternyata terpilih menjadi salah seorang anggota DPD.
Pak Budi, entah karena mendapatkan keberuntungan dalam pencalonan anggota DPD atau karena memang namanya disukai masyarakat, ia pun akhirnya berhasil mengalahkan beberapa nama politikus yang termasuk senior di Jawa Timur.
Ketika Pak Budi menjadi anggota DPD, saya sempat mengundangnya untuk hadir di upacara pengukuhan guru besar saya di Universitas Airlangga. Yang membahagiakan, Pak Budi waktu itu hadir. Tepatnya, pada 10 Juli 2017, Pak Budi hadir. Saya benar-benar terharu, guru kebanggaan kami bersedia hadir langsung di upacara pengukuhan guru besar saya.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas
Waktu itu penampilan Pak Budi tidak banyak berubah. Sosok Pak Budi masih sama dalam bayangan saya ketika ia mengajar kami di SMA. Tidak ada kesan sombong karena telah berhasil meniti karier dalam dunia birokrasi dan jalur senator yang luar biasa.
Pak Budi yang hadir di Ruang Garuda Mukti Universitas Airlangga waktu itu masih tetap sama. Sederhana dan ramah.
Meski pertemuan dengan Pak Budi di waktu itu hanya singkat, saya sangat senang dengan kehadirannya. Kami hanya sempat berbincang tidak lebih dari 5 menit. Saya menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kami sekeluarga atas kehadiran Pak Budi.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (4): Harus Ekstra Sabar Antre Lift
Setelah tujuh tahun lewat, sejak pertemuan di upacara pengukuhan guru besar saya, kami tidak pernah bertemu lagi dengan Pak Budi. Dan, yang membuat saya bahagia tiba-tiba di Tanah Suci saya secara tak terduga justru bisa bertemu kembali dengan Pak Budi.
Terus terang saya kaget. Saya melihat sosok Pak Budi sudah tampak tua. Semua rambutnya memutih. Ia kini memelihara jenggot agak panjang yang juga berwarna putih. Tubuhnya tampak kecil. Namun, Pak Budi terlihat tampak sehat dan tetap ceria.
Saya menangkap kesan Pak Budi kini telah bermetamorfosis menjadi sosok yang alim, agamais, dan bijaksana. Teduh. Kesan itulah yang saya tangkap ketika bertemu Pak Budi di Masjid Nabawi di Kota Suci Madinah.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (3): Toleransi di Masjid Nabawi
Kami pun kemudian sempat berfoto bersama dengan istrinya. Sayang, kami tidak bisa berbincang lama. Pak Budi baru tiba di Kota Madinah, sementara saya harus meninggalkan Madinah menuju Kota Makkah.