Makanan dengan daging sedikit alot, kami tidak jadi memakannya. Buah jeruk yang rasanya asam, kami tidak jadi mencicipinya. Sedikit kepanasan, kami merasa gerah. Sedangkan ketika cuaca sedang dingin, kami merasa terganggu.
Kami membayangkan, apa saja yang dialami para jamaah backpacker yang tinggal di Madinah maupun Makkah dengan fasilitas seadanya. Mereka tidak tinggal di hotel dengan kasur yang nyaman.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (4): Harus Ekstra Sabar Antre Lift
Mereka tidur di ruang terbuka. Hawa dingin yang menyergap mereka ketika di Madinah seolah tidak dirasakan. Ramainya suasana di Makkah, lalu lalang jamaah lain, juga tidak mengganggu tidur atau waktu istirahat mereka.
Jamaah backpacker adalah jamaah yang dengan tulus dan semangat menyala sedang melaksanakan ibadah umrah. Kerinduan mereka akan Kanjeng Gusti Nabi Muhammad dan rida Allah SWT sangat kelihatan.
Bagi mereka, fasilitas duniawi tidaklah penting. Kenyamanan bukanlah tujuan yang mereka cari. Dengan segala keterbatasan, mereka tetap fokus untuk beribadah.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (3): Toleransi di Masjid Nabawi
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (2): Berdoa di Tanah Suci untuk Kolega
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (1): Bersikap Ikhlas Ternyata Tidak Mudah
Semoga kami bisa belajar dari kegigihan dan kekhusyukan para jamaah backpacker dalam menjalankan ibadah.
Jangan sampai terjadi, hanya karena kami mampu memesan paket umrah yang termasuk nyaman, lantas kami lupa bahwa yang penting ketika beribadah umrah bukanlah hal itu. (*)
PROF Rahma Sugihartati dan Prof Bagong Suyanto-Dok Pribadi-