Untuk menghemat biaya pengeluaran, jamaah backpacker sering kali sengaja tidak menginap di hotel. Mereka memilih tidur di masjid sembari mengisi hari-hari dengan melaksanakan ibadah.
Mereka bisa saja seharian full di lokasi masjid dan sekitarnya untuk menghabiskan waktu.
Pertama, salah satu ciri jamaah backpacker adalah ransel atau tas dengan ukuran yang lumayan besar yang selalu dibawa ke mana-mana selama mereka menunaikan ibadah umrah. Kebanyakan mereka salat di pelataran masjid. Itu pun di tempat yang agak di pojok. Jauh dari pusat keramaian.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (7): Jalur Alternatif ke Raudhah
Kedua, ciri lain adalah pakaian yang dikenakan. Jauh dari kesan mewah, pakaian yang dikenakan jamaah backpacker ini rata-rata sangat sederhana.
Kami pernah menemui jamaah backpacker yang menjadikan selimut sebagai jilbab. Sungguh sangat sederhana. Membuat hati kami teriris dan tanpa sadar air mata kami menetes karena bisa membayangkan kesederhanaan dan penderitaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Meski ekonomi bukan ukuran kebahagiaan manusia, kami bisa berempati apa sebenarnya yang tengah mereka rasakan di tengah kesederhanaan dan kerentanannya.
Setelah salat Subuh, sebagian jamaah backpacker biasanya mengisi waktu tidur di pelataran masjid. Mereka beristirahat setelah semalaman tidak tidur untuk menunaikan ibadah salat sunah, iktikaf, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (6): Serasa Umrah di Indonesia
Pendek kata, waktu yang ada nyaris semua diisi dengan aktivitas ibadah. Jamaah backpacker adalah jamaah yang benar-benar rindu dan berkeinginan untuk menunaikan ibadah umrah, tetapi terkendala biaya.
Bagi mereka, yang terpenting adalah bisa beribadah umrah. Fasilitas kamar yang nyaman tidak masuk pikiran mereka. Demikian pula sarapan dan makanan yang enak, sama sekali bukan tujuan mereka.
Tidak sedikit jamaah backpacker yang berpuasa sembari menunaikan ibadah umrah. Mereka bersyukur ketika bisa ikut menikmati makanan kecil pembuka puasa yang biasanya disediakan para dermawan di dalam maupun di pelataran masjid.
Beribadah umrah, dengan segala keterbatasan, memang tidak mudah. Tetapi, kalau melihat para jamaah backpacker khusyuk melaksanakan berbagai ritual ibadah, kami dalam hati benar-benar bersimpati dan berempati.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas
Jamaah Pejuang
Dengan segala kesederhanaannya, menurut kami, jamaah backpacker adalah jamaah pejuang. Kami terus terang agak malu dengan diri sendiri yang acap kali manja dan selalu menuntut pelayanan serta fasilitas yang nyaman. Antre lift agak lama, kami mengeluh.