Kopi Sianida di Pacitan, Kejahatan Ditutupi Kejahatan

Jumat 02-02-2024,05:00 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Tak berselang lama, Rizki, anak Sukatmini, siap berangkat ke sekolah. Ia menenggak kopi di meja.  Kopi yang ditaburi sianida itu. 

Sekitar setengah jam kemudian, Rizki belum berangkat ke sekolah, ia jatuh menggelepar. Lalu, kejang-kejang. Sukatmini kaget. Tuari pun kaget. Kopi yang diminum Rizki itu bikinan Tuari. 

Ia membikin dua cangkir kopi, satu untuk dirinya, satu untuk Rizki. Tuari juga sudah minum kopi dari cangkir miliknya, tidak ada masalah.

Rizki segera dilarikan ke klinik terdekat. Tapi, ia sudah meninggal dunia sebelum tiba di klinik. Hari itu juga Rizki dimakamkan.

Sukatmini sedih sekaligus curiga atas kematian Rizki yang sangat mendadak. Lantas, dia lapor ke Polsek Sudimoro. 

Kepada polisi, dia mengatakan: ”Jumat (5 Januari 2024) pagi itu, sebelum Rizki berangkat sekolah, ia minum kopi yang dibuat bapaknya, spontan kejang. Terus, lima menit kemudian, sebelum dibawa ke rumah sakit, sudah meninggal.”

Mendengar laporan itu, polisi segera bergerak menuju rumah Sukatmini. Kebetulan, cangkir kopi bekas diminum Rizki masih ada, masih tersisa kopinya.  Itu dibawa polisi. Lalu, diperiksa di laboratorium. Ternyata mengandung sianida. Jelas, itu pembunuhan.

Polisi mulai bekerja. Meminta keterangan beberapa saksi. Kecurigaan polisi terpusat pada Tuari, ayah korban. Polisi mencari motif pembunuhan. Memeriksa Tuari. Namun, tak ditemukan indikator yang mengarah bahwa Tuari tersangka. 

Penyidikan menemui jalan buntu. Kemudian, polisi menerapkan metode CSI. Intinya, polisi bekerja ekstra keras dengan menggali berbagai kemungkinan yang mengarah kepada pelaku pembunuhan. Tapi, tetap buntu.

Ada setitik cahaya: Polisi punya data, bahwa Sukatmini lapor polisi kehilangan dokumen pada sehari sebelum kematian Rizki. Setitik cahaya, tapi sangat redup. 

Polisi terus fokus, mencari benang merah antara Sukatmini kehilangan ATM, buku tabungan, dan KTP, dengan kemungkinan pembunuhan Rizki. Tapi, sebelum menyelidik lebih jauh, polisi ingin memastikan bahwa Rizki meninggal akibat keracunan.

Kamis pagi, 11 Januari 2024. Atau enam hari sejak Rizki meninggal, petugas dari Satreskrim Polres Pacitan dan Kedokteran Forensik Polda Jatim membongkar makam Rizki. Tentu, atas seizin pihak keluarga korban, termasuk diizinkan (dengan tegas) oleh Tuari.

Polisi melakukan pemeriksaan post-mortem. Jenazah Rizki dibawa ke laboratorium, diperiksa. Hasilnya, ternyata pada lambung jenazah ditemukan sianida. Cocok dengan hasil pemeriksaan lab pada bekas kopi yang diminum Rizki. Polisi sangat yakin, Rizki dibunuh.

Tapi, siapa pembunuhnya? Dari serangkaian penyelidikan, polisi sudah mengabaikan Tuari. Polisi sudah tidak mencurigai Tuari. Polisi juga tidak mencurigai Sukatmini. Sebab, Sukatmini dengan gigih melapor ke polisi, meyakini bahwa Rizki keracunan kopi.

Polisi kembali ke laporan Sukatmini kehilangan dokumen. Polisi mendatangi kantor bank, sesuai rekening tabungan Sukatmini. Di kantor bank, polisi meminta keterangan pihak bank tentang rekening Sukatmini.

Dari data bank, petugas bank menyatakan, ada penarikan tunai dua kali pada rekening tersebut di hari Kamis, 4 Januari 2024. Satu via ATM, satu penarikan tunai via teller.

Kategori :