Masa Depan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Rabu 20-03-2024,19:00 WIB
Reporter : Imron Mawardi*
Editor : Yusuf Ridho

Namun, total aset industri BPR yang relatif kecil membuat pemerintah tak berani mengambil keputusan ekstrem.

Akan banyak UMKM yang tak bisa mengakses lembaga keuangan formal jika bank umum tidak dibolehkan menggarap sektor UMKM. 

Sebenarnya bisnis bank di Indonesia sangat menarik. Lihat net interest margin (NIM)-nya. Betapa terlalu besarnya keuntungan bank.

BACA JUGA: Modus Lama Perampok Nasabah Bank

Di BRI yang lebih banyak memberikan kredit kepada sektor UMKM, misalnya. NIM-nya mencapai 6,85 persen.

BCA yang lebih banyak bermain pada kredit korporasi memiliki NIM 5,1 persen. NIM rata-rata per 2023 lalu sekitar 4,77 persen. NIM BPR tentu lebih tinggi lagi. 

Dengan NIM perbankan yang tinggi, berarti bank terlalu banyak mengambil untung. Atau, biaya bank terlalu tinggi. NIM yang tinggi menunjukkan bahwa dasar penetapan suku bunga dasar kredit (SBDK) over-estimated.

Bank mengestimasi biaya terlampau tinggi. Jauh di atas realisasinya. Itu membuat bank memperoleh keuntungan terlalu besar.

BACA JUGA: Keserakahan Perbankan

Begitu juga, bank cenderung mengestimasi risiko berlebihan. Itu menyebabkan premi risiko yang ditetapkan bank terlalu tinggi. Akibatnya, bunga kredit perbankan jadi mahal. Jauh bila dibandingkan dengan bunga simpanannya. 

Melihat NIM yang besar, sebenarnya terbuka ruang yang cukup lebar bagi perbankan untuk menurunkan bunga kredit kepada para debitornya. Mestinya bank juga mempertimbangkan kondisi debitor. Yang mengalami penurunan kinerja cukup tajam.

Apa bank terlalu besar ambil untung? Itu bisa kita bandingkan dengan NIM perbankan di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Mengutip Malaymil.com, NIM bank-bank di Malaysia hanya berkisar antara 2,2–2,3 persen.

Di Singapura, seperti dilaporkan Reuters awal tahun,  rata-rata NIM perbankan hanya 1,5–1,54 persen. Begitu juga di Thailand. NIM perbankan hanya berkisar 2,51 persen. 

BACA JUGA: Pareto di Perbankan

Sebagai sebuah bisnis, laba besar tentu bagus. Tapi, bank adalah lembaga intermediary. Perantara antara surplus unit –para penabung– dan deficit unit (para debitor).

Artinya, laba bank diperoleh dari selisih antara pendapatan yang diperoleh dari kredit dan kompensasi terhadap depositor. Berarti, kalau labanya sangat besar, ada ketidakseimbangan antara pendapatan bank dan hasil yang dibagikan kepada depositor.  

Kategori :