Namun, penelitian menunjukkan bahwa introversion dan extroversion tidak berkorelasi dengan psychological safety di tempat kerja. Itu karena karakter individu dipengaruhi work climate.
Terlepas dari kecenderungan introversion atau extroversion, orang akan berbagi gagasan dan mengungkapkan kekhawatiran mereka dalam lingkungan psikologis yang aman.
Selain itu, menurunkan standar kinerja dan membuat ”comfortable at work” bukanlah cara untuk membuat psychological safety di tempat kerja karena yang seharusnya dilakukan adalah menerapkan dan menekankan pada lingkungan kerja yang lebih adil, menantang, kooperatif, dan produktif.
BACA JUGA: Tuntaskan Pekerjaan, Pencitraan Kemudian
Psychological safety dan standar kinerja adalah aspek yang berbeda dan penting, tetapi keduanya memengaruhi kinerja tim dan organisasi secara keseluruhan.
Ketika psychological safety dan standar kinerja rendah atau sudah tidak lagi diperhatikan, tempat kerja menjadi semacam ”apathy zone”. Orang datang ke kantor, tetapi pikiran dan hati mereka berada di tempat lain.
Setiap saat mereka lebih memilih melindungi diri atau menghindar dari suatu pekerjaan. Waktu mereka di kantor habis hanya untuk melihat media sosial atau berkeluh kesah satu sama lain akan kehidupan mereka.
Di tempat kerja dengan psychological safety yang tinggi tetapi kinerja rendah, pada umumnya orang akan menikmati pekerjaan mereka yang terbuka dan kolegial.
BACA JUGA: Hak Pekerja Dalam UU Ketenagakerjaan yang Harus Kamu Ketahui
Namun, pekerjaan yang mereka hadapi tidak menantang sehingga tidak mendorong mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, melakukan inovasi, dan atau memberikan lebih dari apa yang mereka miliki. Kita bisa menyebutnya ”comfort zone”.
Bukan ”apathy zone” yang membuat saya sangat khawatir, banyak HR professional yang terbangun di malam hari karena ”anxiety zone”, yaitu di tempat kerja yang memiliki standar kinerja tinggi tetapi psychological safety rendah.
Dalam situasi itu, sering terjadi karyawan khawatir dan takut untuk speak up. Akibatnya, kualitas kerja dan produktivitas terganggu.
Saya melihat hal itu banyak terjadi di berbagai organisasi yang biasanya terjadi ketika leaders dalam suatu organisasi gagal menemukan keseimbangan antara penerapan standar kinerja tinggi dan cara good management.
Terakhir, ketika standar kinerja dan psychological safety tinggi disebut ”learning zone”, saat karyawan akan menyelesaikan pekerjaan mereka yang rumit dan penuh ketidakjelasan atau keduanya, mereka akan menyelesaikannya dengan baik.
Di zona itu, karyawan lebih berkolaborasi, belajar dari satu sama lain, dan menyelesaikan pekerjaan yang penuh tantangan dengan cara yang inovatif.
Ketika karyawan sudah tidak punya keinginan untuk berbicara untuk menyampaikan pendapat, organisasi sebenarnya dalam kondisi terancam untuk dapat melakukan inovasi dan tumbuh.