Terlepas dari kemajuan ekonomi, rendahnya IPM berkaitan erat dengan masalah fundamental dalam akses pendidikan, kesehatan, dan standar hidup yang layak bagi sebagian besar penduduk.
BACA JUGA: Mencapai Generasi Indonesia Emas 2045 Lewat Kampung KB Bentukan BKKBN
Posisi indonesia saat ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalm. Salah satu jalan peningkatan kualitas SDM adalah lewat perguruan tinggi.
Negara-negara yang bisa dikatakan maju hari ini berangkat dari investasi jangka panjang pada sektor pendidikannya. Sebut saja Jepang pasca-Perang Dunia II dengan menyekolahkan putra-putri terbaiknya ke luar negeri.
Finlandia dengan kebijakan pendidikan untuk semua (sebuah kebijakan yang dicanangkan sejak 2018) serta Korea Selatan dengan membenahi ekonomi dan akses pendidikan tingginya.
BACA JUGA: Inilah 17 Program Prioritas Bacapres Prabowo Menuju Indonesia Emas Tahun 2045
Penulis yang kini merupakan mahasiswa doktoral baru pada program pascasarjana Universitas Airlangga sudah melihat indikasi buruknya kultur akademik di berbagai kampus: sudah tidak lagi menjunjung tinggi tridharma perguruan tinggi. Yakni, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Bukannya dijadikan tanggung jawab moral, melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral acap kali malah dijadikan sebagai syarat administrasi untuk memperlancar proses penyelesain belajar dan mendapatkan gelar.
Penelitian maupun pengabdian yang dilakukan hanya formalitas. Ada joki dalam kuliah maupun dalam penugasan sehingga terciptalah onggokan-onggokan jurnal sampah yang masuk dan sarat akan pembiayaan.
BACA JUGA: Tantangan Inklusi Keuangan Digital: Menuju Indonesia Emas 2045
Nalar kritis mahasiswa rapuh dan mati dalam perkuliahan maupun dalam mengeluarkan ide-ide yang membangun dan tidak lagi dimaknai sebagai proses untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Namun, hanya pengantar lulus kuliah dan menuju dunia kerja.
Membenahi SDM yang rapuh adalah kunci untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia. Untuk menuju Indonesia Emas 2045, yang dibutuhkan bukan sekadar strategi pembangunan yang tepat, tetapi juga fondasi SDM yang kokoh. Bagaimana pendapat Anda? (*)
Salim, kandidat doktor sumber daya manusia Universitas Airlangga.-Dok Pribadi-