Kabag Ops Polresta Bogor Kota Kompol Wahyu Maduransyah Putra kepada wartawan, Senin, 1 April 2024, mengatakan bahwa pembunuhan berawal ketika Reza dan Nurul rebahan bersama di ranjang dalam kamar mereka.
BACA JUGA: Pembunuhan Terkait Perjanjian Pranikah
Wahyu: ”Tersangka mengaku, saat mereka rebahan, tersangka menyampaikan minta rujuk, karena mungkin ada hubungan yang kurang harmonis antara suami-istri. Tapi, korban menyatakan menolak.”
Kata ”rujuk” tidak tepat. Sebab, mereka belum bercerai sah. Istri masih berencana menggugat cerai. Mungkin maksudnya, Reza minta berdamai.
Dilanjut: ”Mendengar penolakan korban, tersangka memiting leher korban dengan menggunakan lengan kiri, itu upaya pertama.”
Sebaliknya, korban melawan dan berteriak. Di rumah itu ada ibunda Reza, Enung, yang sedang mengasuh cucu atau anak Reza-Nurul. Nurul teriak, Reza melepaskan pitingan. Lalu, mereka cekcok lagi.
BACA JUGA: Pembunuhan Fitria Wulandari, Bagai Anjing Penjaga Bunuh Majikan
Wahyu: ”Kemudian, tersangka menindih korban yang telentang. Tersangka meraih obeng, kemudian menusuk leher korban dari arah kiri atas. Korban berusaha menghindar. Sehingga tusukan kena pipi kanan korban. Secara refleks, korban berontak, kemudian beralih posisi tengkurap. Tersangka membabi buta, menusuk lagi, menyilang dari arah leher kiri bawah ke atas sehingga menembus leher kiri secara acak.”
Senjata itu obeng minus yang besar. Sudah disita polisi sebagai barang bukti hukum.
Drama rumah tangga brutal di kasus tersebut bagai cerita film. Sebab, sangat banyak terjadi di masyarakat kita. Baik yang berakhir dengan pembunuhan maupun tidak. Baik yang meledak jadi KDRT maupun para pelaku yang menahan sabar.
Reza tergolong suami tidak sabar. Seusai membunuh istri di dalam kamar di rumahnya, ia keluar kamar, berpapasan dengan ibunda, Enung. Reza langsung minta maaf kepada ibunda karena sudah membunuh istri.
Enung cerita ke wartawan, begini: ”Ia (Reza) langsung minta maaf, katanya, ia selalu merepotkan mamah sama bapak. Terus, ia bilang lagi, Reza sekarang udah tenang. Udah gak sakit hati lagi. Reza teh sakit hati. Udah… daripada Reza membatin, katanya, mending bunuh. Si eneng (Nurulnurul ) sudah kubunuh.”
Ucapan Reza kepada ibunda itu asli, bahwa ia sudah lega membunuh istri. Puas. Sebab, sebelumnya, ketika masih hidup bersama istri, ia ”membatin” atau sakit hati yang ditahan. Maka, daripada terus ”membatin”, lebih baik membunuh istri.
Reza tidak menyesal lantaran membunuh Nurul. Meski, ia sudah berjanji kepada ibu mertuanya bahwa ia akan memulangkan Nurul kembali ke rumah orang tua pada Kamis, 28 Maret 2024. Ia sudah mengingkari janji, mencabut nyawa istri.
Dalam agama apa pun, pembunuhan terhadap siapa pun dengan motif apa pun dilarang. Hak mencabut nyawa manusia hanya ada pada Allah. Apalagi, suami yang semestinya menyayangi dan melindungi istri, malah membunuh istri. Dilarang keras.
Tapi, belakangan sering terjadi suami membunuh istri. Motif beraneka ragam. Mayoritas akibat perselingkuhan. Baik suami yang selingkuh maupun ketahuan istri, lalu suami marah dan membunuh istri. Atau, istri ketahuan selingkuh, lalu dibunuh suami.