Pada 1911, buku kumpulan surat Kartini itu diterbitkan untuk kali pertama. Pada 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara.
BACA JUGA:Pemimpin Perempuan di Indonesia: Tantangan dan Terobosan dalam Menghadapi Realitas yang Terbatas
BACA JUGA:Inilah Daftar 120 Caleg Lolos DPRD Jatim, Banyak Legislator Perempuan
Kemudian, pada 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali.
Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga diterjemahkan oleh Agnes L Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda. Pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Antara lain WR Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Itulah biografi Kartini, pejuang emansipasi wanita. Dengan usaha kerasnya, ia berhasil membuat seluruh wanita di Indonesia mendapatkan hak yang sama, terutama dalam bidang pendidikan. (*)