Hari Bumi dan Impor Sampah

Senin 22-04-2024,16:29 WIB
Oleh: Citra Hennida

TANGGAL 22 April diperingati sebagai Hari Bumi. Ada banyak permasalahan yang makin membuat bumi kita menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. Salah satu masalah besarnya adalah sampah. 

Bagi negara-negara miskin dan berkembang, sampah tidak hanya dihasilkan dari dalam negeri, tapi banyak juga diperoleh dari luar negeri. 

Wilayah Asia Tenggara adalah wilayah yang banyak menjadi sasaran pembuangan sampah dari negara-negara maju. Berdasar data dari Komisi Perdagangan Komoditas PBB (UN Comtrade) tahun 2022, pengekspor sampah didominasi negara maju. 

Sepuluh terbesarnya, antara lain, adalah Belanda, Jepang, Belgia, Prancis, Italia, Kanada, Austria, dan Polandia. 

BACA JUGA:Rayakan Hari Bumi 2022, Lions Club Victoria Bikin Workshop Olah Ampas Kopi

ASIA TENGGARA SEBAGAI TEMPAT SAMPAH DUNIA

Asia Tenggara adalah penghasil sampah terbesar. Bukan hanya sampah yang dihasilkan dari dalam negerinya, melainkan juga impor dari luar negeri. 

Berdasar laporan Greenpeace, dari 2016 sampai 2018, impor sampah plastiknya saja meningkat 171 persen, sekitar 2,26 juta ton. Sebagian besar terkontaminasi dan tidak dapat diolah lagi. Sampah-sampah itu lantas berakhir di pembakaran dan dibuang ke saluran air. 

Kawasan Asia Tenggara lantas dicap sebagai kontributor terbesar sampah plastik yang mengotori lautan gara-gara banyak dan rumitnya jaringan sungai di negara-negara ini, garis pantai kepulauan yang panjang, dan masih lemahnya regulasi lingkungan yang ada berikut penegakannya. 

BACA JUGA: BRUIN Rilis 10 Perusahaan Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak

Filipina, Malaysia, Indonesia, Myanmar, Vietnam, dan Thailand disebut bertanggung jawab atas separuh sampah plastik yang mencemari lautan (Meijer, 2021). 

Situasi setelah 2018 tidak membaik. Situasi buruk itu dipicu oleh kebijakan Tiongkok yang melarang impor sampah dan menolak bahan limbah apa pun yang terkontaminasi lebih dari 0,5 persen per 1 Januari 2018. 

Kebijakan itu berhasil mengurangi impor sampah plastik Tiongkok sampai dengan 99 persen dalam setahun. Sebelumnya, hampir separuh sampah dunia berakhir di Tiongkok. Bahkan, Sungai Yangtze merupakan sungai yang paling terpolusi di dunia, penuh sampah plastik.

BACA JUGA: Dropo Box, Solusi Kurangi Sampah Popok di Sungai Wringinanom Ala Ecoton

Tiongkok, seiring dengan kemajuan ekonominya, lantas melarang impor sampah. Bahan daur ulang yang dihasilkan dari sampah elektronik seperti emas juga tidak lagi menarik akibat efek merugikan pada lingkungan yang besar. 

Kategori :