”INGIN Tetap Aktif di Usia Senja? Saya Lansia Saya Aktif”. Tagline tersebut dapat kita lihat di sebuah iklan lowongan untuk kru restoran hotplate premium di Indonesia. Iklan itu sudah tersebar luas di masyarakat.
Perusahaan tersebut memberikan penawaran untuk dapat bergabung menjadi karyawan mereka dengan persyaratan khusus. Dalam iklan lowongan itu, mereka memang mencari karyawan usia 65 tahun ke atas dengan waktu kerja hanya 4 jam sehari, memiliki hasil EKG yang normal, serta memiliki surat izin bekerja dari keluarga.
Secara jujur, akan kita katakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kepedulian yang tinggi kepada para lansia. Namun, apakah memang hal tersebut adalah suatu kepedulian ataukah mungkin merupakan suatu strategi bagi organisasi bisnis? Saya akan menyoroti kasus ini dari sudut pandang psikologi industri organisasi.
BACA JUGA: Kemenag Luncurkan Senam Ala Jamaah Haji Indonesia, Gerakannya Low Impact Aman bagi Lansia
BACA JUGA: Lansia di Pulogadung Ditembak Maling dan Analisis Kriminologi
Katanya, lansia telah lebih banyak melewati asam garam kehidupan, yang menyebabkan mereka akan lebih banyak berpikir dahulu sebelum bertindak daripada mengedepankan ego dan banyak menuntut.
Meskipun tidak semua lansia dapat dikatakan memiliki pengendalian diri yang stabil, menurut Richard D. Davison dalam buku psikologi abnormal, rata-rata orang dengan usia tua memiliki banyak kebijaksanaan dalam memutuskan sesuatu dan tidak mudah untuk mengumbar emosi secara frontal.
Menurut WHO, saat ini lansia dikategorikan untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Rata-rata orang dengan usia 65 tahun sudah tidak bekerja lagi atau sudah pensiun dari kegiatan dan perannya dalam sebuah organisasi.
BACA JUGA: Mahasiswa Unair Bagikan Suka Duka Menempuh PPDS: Bekerja 12 Jam Sehari Untuk Keselamatan Pasien
BACA JUGA: Layanan Kesehatan Mental untuk Setiap Organisasi
Hal tersebut akan dapat membawa dampak bagi seseorang, yaitu mulai merasa kurang puas dengan dirinya, merasa kesepian, dan akan terdapat perasaan tidak berdaya guna. Oleh sebab itu, mereka akan memiliki perasaan yang lebih sensitif.
Untuk itu, kita perlu untuk mencegah terjadinya efek psikologis pada usia tua atau lansia agar mereka tetap bahagia dan dapat berdaya guna di usia tua.
Kondisi siklus alami seorang manusia di atas tidak dapat kita hindari. Siapa pun akan tua pada waktunya dan akan pensiun saat tiba masanya. Akan tetapi, yang perlu kita lihat adalah apakah memang seorang lansia secara usia kronologis tersebut sudah tidak memiliki kompetensi maupun potensi yang dapat dipakai dalam sebuah organisasi? Sebab, usia kronologis tidak selalu berbanding lurus dengan usia mental.
BACA JUGA: Hari Buruh dan Tantangan Produktivitas Tenaga Kerja RI
BACA JUGA: Hari Buruh 1 Mei 2024, 20 Ribu Buruh Jatim Bakal Tagih Janji Politik Khofifah