Greenflation, dari Basa-basi Politis ke Kesadaran Ekologis

Kamis 02-05-2024,10:29 WIB
Oleh: Sukarijanto

Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang tepat untuk mengatasi dampak negatif greenflation terhadap ekonomi. Misalnya, pengembangan teknologi yang lebih efisien, pemilihan kebijakan yang tepat, serta pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan pelaku bisnis. 

Ketiga, selain itu penting juga untuk melakukan peningkatan kesadaran dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlindungan lingkungan dan mengurangi dampak greenflation.

BACA JUGA: Apa Itu Greenflation, Fenomena yang Ditanyakan Gibran ke Mahfud Md Saat Debat Cawapres?

BACA JUGA: Perspektif Baru TNI dalam Menghadapi Ancaman Perang Ekologis

PARADOKS

Tanda-tanda munculnya greenflation dapat dilihat dari meningkatnya harga bahan bakar fosil dan bahan-bahan produksi yang berhubungan dengan energi fosil. Selain itu, perubahan iklim yang makin ekstrem juga menjadi salah satu indikator penting dari greenflation

Penyesuaian harga barang dan jasa yang tinggi akibat kebijakan lingkungan yang ketat dapat menjadi tanda-tanda munculnya greenflation.

Hal itu dapat terlihat dari lonjakan harga energi dan bahan baku yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan, beberapa negara sudah mengalami kenaikan harga pangan yang signifikan karena adanya greenflation. 

Meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk organik dan ramah lingkungan sekaligus mengatrol harga yang kian membubung pada produk-produk tersebut terindikasi kuat memasuki fase greenflation.

Di saat yang sama, berbagai negara, termasuk Indonesia, melakukan upaya-upaya pengetatan produksi dan pasokan logam dan mineral tersebut. Adapun material-material itu sangat dicari untuk produksi, misalnya, panel tenaga surya dan angin, baterai mobil listrik, dan teknologi terbarukan lainnya.

Kenaikan permintaan, tingginya angka investasi, dan pengetatan suplai material di atas kemudian mendorong inflasi yang kita sebut greenflation itu (Sharma, 2021). Inflasi tersebut menjadi sebuah paradoks dari berbagai agenda pembangunan rendah karbon, khususnya lewat transisi energi yang berkelanjutan.

Meningkatkan efisiensi energi merupakan salah satu cara pendekatan efektif untuk mengatasi greenflation. Pendekatan itu dapat dilakukan dengan mengimplementasikan teknologi yang ramah lingkungan serta memperbaiki sistem pengelolaan energi yang ada. 

Selain itu, penggunaan sumber energi terbarukan dapat menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan efisiensi energi. Intensifikasi pemanfaatan energi terbarukan dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi energi non-renewable dan mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan.

 

AGENDA INDONESIA

Berdasar peraturan yang ada saat ini, seperti Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2014 dan Peraturan Presiden No 22 Tahun 2017, Indonesia telah memiliki target penggunaan energi terbarukan minimum sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050. 

Kategori :