Kemudian, isu dibantah pihak keluarga Tarsum melalui akun Instagram @inforancah yang diunggah Minggu, 5 Mei 2024. Isinya begini:
”Saya pribadi perwakilan keluarga CP, anak korban. Beredar info utang Rp 150 juta, itu hoaks tidak benar. Saya sudah konfirmasi ke keluarga terutama ke CP bahwa berita soal utang tidak benar.”
Yang benar adalah Tarsum sendiri punya utang Rp 100 juta akibat kebangkrutan dagang domba. Setelah bangkrut, Tarsum kembali ke pekerjaan semula, jagal kambing. Dengan penghasilan sebagai jagal, ia tak mampu membayar utang dalam tempo cepat. Sehingga ia terus ditagih. Itu membuat stres meningkat jadi depresi.
Perubahan perilaku Tarsum itu juga diketahui ketua RT setempat bernama Yoyo Tarya. Kepada wartawan, ia juga mengatakan bahwa anak Tarsum terlilit utang judi online adalah tidak benar. Tapi, berita bahwa Tarsum berperilaku aneh dibenarkan Yoyo, diceritakan begini:
”Dua hari sebelum kejadian, Rabu (1 Mei 2024) Tarsum datang ke rumah saya. Ia mengatakan akan pergi ke Kalimantan. Dan, ia menitipkan anak lelakinya ke saya. Ia bilang (dalam bahasa Sunda): Pang, didikkeun budak (tolong didiklah anak laki saya, Red).”
Yoyo mengatakan, ia merasa ada keanehan pada Tarsum. Sebab, selama ini Tarsum tak pernah pergi jauh. Juga, Tarsum tidak mengatakan alasan pergi ke Kalimantan. Tapi, waktu itu Yoyo cuma mengangguk, menanggapi ucapan Tarsum.
Dua hari kemudian, Jumat, 3 Mei 2024, pukul 07.30 WIB, Yanti keluar dari rumah. Dia sudah berdandan rapi. Dia berangkat menuju pengajian ibu-ibu di musala dekat rumah.
Yanti yang baru jalan sekitar 30 meter dari rumah tahu-tahu dikejar Tarsum dari belakang yang membawa balok kayu sepanjang sekitar semeter. Tanpa bicara apa-apa, Tarsum memukul kepala Yanti dengan balok itu. Yanti langsung ambruk.
Kemudian, Tarsum menyeret tubuh Yanti balik menuju rumah. Di dalam rumah, tubuh Yanti dibelah-belah. Belum diketahui, apakah saat dibelah Yanti sudah meninggal ataukah masih hidup. Yang jelas, potongan-potongan tubuh Yanti ditawarkan kepada para tetangga yang waktu itu sudah bergerombol hendak mencegah perilaku Tarsum.
Tarsum menyodorkan potongan kaki dan tangan sambil berkata: ”Siapa mau? Siapa mau….”
Ketika tangan kanan Tarsum membawa potongan tubuh, tangan kirinya masih memegang golok yang berlumuran darah. Sungguh pemandangan mengerikan. Reaksi warga: ketakutan. Mereka bubar, melarikan diri ke rumah masing-masing.
Saat itulah ada warga yang merekam video kejadian tersebut sehingga kasus itu viral.
Polisi segera datang ke TKP dan meringkus Tarsum. Diborgol dan diangkut menuju Polsek Rancah. Kemudian, perkara itu ditangani Polres Ciamis.
Hasil pemeriksaan polisi, Tarsum berusaha bunuh diri setelah membunuh Yanti. Itu terbukti dari luka memar di kepala Tarsum. Dalam interogasi polisi, Tarsum mengatakan, itu akibat ia membentur-benturkan kepala ke tembok. Lantas, ia mencekik dirinya sendiri dengan tangan.
Tapi, tidak ada pelaku bunuh diri mati akibat cekikan tangan sendiri. Pasti, cekikan secara refleks akan terlepas saat pelaku sesak napas.
Apakah depresi bisa menyebabkan suami membunuh istri?