HARIAN DISWAY - Kulineran telah dikenal dan menjadi tradisi sejak masa Jawa Kuno. Bukti tertulisnya termuat. Baik dalam prasasti kuno, maupun kitab kuno. Salah satunya ada di Parasasti Masahar.
Tradisi kulineran yang merupakan istilah zaman sekarang yang berarti aktivitas menikmati makanan dan minuman ternyata sudah termuat dalam prasasti kuno. Saat itu, tradisi tersebut merupakan bagian dari sabda atau titah raja.
Hal itu membuktikan bahwa kulineran merupakan salah satu tradisi yang eksis dan dilestarikan sejak masa Jawa Kuno. Tradisi kulineran itu tidak hanya berfungsi sebagai acara kulineran atau makan minum biasa.
Tradisi tersebut memiliki nilai sakral dan ritual. Dalam prasasti kuno tertulis bukti-bukti adanya aktivitas kulineran lengkap dengan berbagai macam kuliner yaitu makanan dan minuman pada masa tersebut.
BACA JUGA: Mengangkat Jaran Kepang dalam Identitas Lokal: Pemuda sebagai Penjaga Tradisi
Salah satu prasasti kuno yang menyebutkan mengenai tradisi kulineran dari masa Jawa Kuno adalah Prasasti Masahar. Dalam prasasti itu disebutkan bagaimana tradisi kulineran itu dilakukan.
Disebutkan pula berbagai macam bentuk kuliner yang dipersembahkan pada salah satu upacara penting kerajaan yaitu peresmian tanah Sima.
Prasasti Masahar atau Prasasti Gemekan yang berangka 852 Saka atau 930 Masehi itu merupakan prasasti hasil temuan tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI pada saat melaksanakan ekskavasi penyelamatan di Situs Gemekan pada 2022.
Prasasti itu dikeluarkan oleh Maharaja Mpu Shindok yang memimpin Kerajaan Medang Kamulan pada 929-947 Masehi dalam rangka upacara peresmian Masahar sebagai Desa Sima.
Saat itu dibangunkan tempat suci atau tempat ibadah yang disebut dengan Sang Hyang Prasada Kabhaktyan i Panurumbigyan.
BACA JUGA: Eksistensi Tarian Kagura dari Kota Matsumae di Hokkaido yang Jadi Perjuangan Kesinambungan Budaya
Kerajaan Medang Kamulan merupakan Kerajaan Mataram Kuno pada abad 8-10 Masehi yang dipindahkan ke Jawa Timur akibat pralaya di pusat kerajaan sebelumnya yang berada Jawa Tengah.
Prasasti Masahar memiliki empat sisi yang memuat titah raja. Yakni pada bagian sisi depan prasasti, sisi belakang, sisi kanan, dan sisi kiri prasasti.
Aktivitas kulineran dan berbagai macam kuliner disebutkan pada bagian sisi kanan prasasti yang dipahat dalam tulisan Kawi atau tulisan Jawa Kuno dan terdiri dari 29 baris.
Dalam baris-baris itulah termuat tulisan mengenai tradisi kulineran dan macam-macam jenis kuliner pada masa Jawa Kuno yang terdiri dari makanan dan minuman yang disajikan dan diminati.