Minuman yang disajikan dalam upacara peresmian Sima terdiri dari minuman ringan dan minuman keras. Disebutkan bahwa seluruh tamu yang hadir mendapatkan wadah-wadah dan mendapatkan tiga jenis minuman alkohol tradisional yaitu siddhu, kinca, dan tuak.
Ketiganya wajib diminum masing-masing sebanyak tiga kali dan boleh menambah lagi. Siddhu merupakan minuman alkohol tradisional berbahan dasar dari tetes tebu. Kinca merupakan minuman alkohol tradisional yang terbuat dari asam Jawa.
Tuak merupakan minuman keras yang terbuat dari beras dan nira dari pohon enau atau nipah. Dapat pula menggunakan legen dari pohon siwalan atau tal serta dari tanaman atau buah yang lain.
Pada akhir upacara, seluruh tamu undangan diberi minuman sari bunga oleh pengladen (pelayan) secara bersamaan. Termasuk sang matuwung atau orang yang membawa canang yang berbentuk piala dan patih yang paling terkemuka.
Semuanya melakukan penghormatan sesuai adat yang berlaku.
Fungsi Kulineran
Aktivitas makan dan minum atau kulineran pada masa Jawa Kuno itu memiliki fungsi profan dan fungsi sakral. Fungsi profan itu memenuhi kebutuhan dan memperpanjang masa hidup serta fungsi kebersamaan dengan sesama manusia.
Fungsi sakralnya adalah sebagai upacara ritus keagamaan yang dianut pada masa tersebut. Dari aspek kuliner yang ditulis dalam prasasti itu menunjukkan bagaimana posisi tradisi kulineran pada masa Jawa Kuno yang merupakan aspek fundamental.
Tidak hanya bersifat profan tapi sakral. Dalam arti bahwa tradisi kulineran merupakan salah satu bentuk ritus suci dan sebagai rangkaian upacara keagamaan.
Identitas Budaya
Menurut Stuart Hall, identitas budaya adalah pengalaman sejarah dan budaya yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang mempunyai nenek moyang dan sejarah yang sama. Proses identifikasinya tidak akan pernah selesai.
Identitas budaya yang terdapat dalam tradisi kulineran pada masa Jawa Kuno sangat terkait dengan sejarah, agama, struktur sosial, dan interaksi dengan budaya lokal.
BACA JUGA: Bukan Hanya Paras, Pemilihan Koko Cici Jatim Lebih Utamakan Sikap dan Pengetahuan
Berbagai macam kuliner yang dihidangkan dalam upacara peresmian tanah Sima yang kental dengan upacara keagamaan tersebut merupakan bentuk representasi dari kekayaan alam, juga peran sakral kuliner sebagai ritus atau ritual keagamaan.
Juga lambang teknologi kuliner tradisional dan status sosial masyarakat Jawa Kuno. Seluruh unsur-unsur tersebut membentuk dan mencerminkan ideologi yang membentuk identitas budaya sebagai bagian integral dari simbol budaya masyarakat Jawa Kuno. (*)